Teknologi Pendidikan Nor Faizah
Wednesday, June 9, 2010
Monday, June 7, 2010
teknologi pendidikan
Kalau menggunkan "Ilmu Teknologi Tepat Guna" (Ilmu Teknologi Pendidikan) komputer jarang dipakai di kelas, dan tidak perlu, sebetulnya (Jarang Tepat Guna).
"Teknologi Tepat Guna (TTG) sudah ada di semua sekolah di Indonesia "Sekarang", dan guru-guru hanya perlu belajar caranya menggunakan TTG secara efektif, dan bersama PAKEM kita dapat mencapaikan Pendidikan Standar Dunia. Maupun Menggunakan Strategi/Metodologi TTG (Yang Berbasis-Pedagogi) Adalah Cara Terbaik Untuk Mengintegrasikan Semua Macam Teknologi Dalam Pendidikan.
Pembelajaran Berbasis-ICT Di Kelas Dapat Sangat Mengancam Perkembangan SDM (Maupun Perkembangan Guru) Yang Kreatif Di Indonesia. Informasi lanjut...
"Kita Kan Tetap Harus Berusaha Untuk Mengikuti Perkembangan Dunia"
Saya sangat setuju, tetapi masalahnya adalah kita tidak ikut "perkembangan dunia" dan itu sebabnya kita tetap tidak maju. Anak-anak kita mempunyai kemampuan besar, dan saya ingin melihat mereka mengambil tempat di dunia ini yang sesuai, bukan menjadi TKI yang tenaga buruh terus. Tetapi kita harus fokus kepada strategi-strategi "perkembangan dunia" yang benar dapat dilaksanakan dan mengembangkan kemampuannya - yang sudah terbukti!
"Internet Belum Dimanfaatkan Secara Positif Oleh Pelajar"
(Prof. DR. Nurtain)
"PADANG--MI: Pakar pendidikan dari Universitas Negeri Padang (UNP), Prof. DR. Nurtain mengatakan kini banyak pelajar dan mahasiswa yang tidak memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi internet untuk hal-hal positif namun lebih cenderung hanya untuk menghabiskan waktu dan hal yang tidak bermanfaat."
Prof. DR. Nurtain - Salut
Semoga kita dapat mulai menggunakan anggaran pendidikan kita untuk hal yang penting, seperti melatih guru-guru di lapangan mengenai caranya menggunakan "Teknologi Yang Tepat Guna"
Semoga Sukses!
Kelihatannya kita sudah mulai sadar!
Internet Masuk Sekolah - Mengapa?
"Teknologi Pendidikan Tepat Guna :: Jaman Kini!"
Dengan rasio: "Sekarang Satu Komputer Untuk 2.000 Siswa" dan "dari jumlah total yang mencapai 200.000 sekolah, sekitar 182.500 sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA se-Indonesia belum terakses internet", pembelajaran oleh komputer & e-Learning jelas bukan solusi untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah jaman kini, kan?
Yang penting dulu pemerintah fokus kepada target rasio komputer / siswa menjadi 1:20 pada tahun 2015 itu supaya kita dapat melaksanakan program pembelajaran "mengenai TIK" di semua sekolah yang sangat-sangat penting. Yang penting untuk semua pendidik sekarang: "Apakah Kebijakan TIK (ICT) di Sekolah Mengancam?"
"Pelajar Kayuagung Kecanduan Game Online"
"KAYUAGUNG, KOMPAS.com — Para siswa SD hingga SMA sederajat di Kayuagung, ibu kota Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, ditengarai sudah kecanduan permainan di internet (game online) sehingga cenderung malas belajar."
"Redi (11), pelajar di salah satu SD negeri di Kayuagung, mengaku sengaja menyisihkan uang jajannya sebesar Rp 3.000 per hari untuk bermain game online di warnet selama satu jam penuh karena sehari saja tidak ke warnet ia mengaku pusing."
"Di sejumlah warung internet di Kayuagung diketahui, puluhan kelompok pelajar hampir setiap hari memenuhi warnet untuk bermain game online, bahkan ada siswa yang membolos sekolah demi menyalurkan hobi di dunia maya tersebut."
"Sejak empat bulan terakhir saya tidak pernah lagi jajan di sekolah karena uang yang diberikan orangtua disimpan untuk membayar sewa warnet selama satu jam supaya bisa main game online, kata Redi."
"Firman (42), salah seorang pemilik warnet di Kayuagung, membenarkan perihal banyaknya pelajar di daerah itu yang saat ini sedang kecanduan game online, Facebook, dan Friendster di dunia maya."
"Facebook Sebabkan Mahasiswa Malas dan Bodoh"
JAKARTA, KOMPAS.com - Pengguna Facebook yang masih sekolah berhati-hatilah! Menurut studi yang dilakukan oleh Ohio State University, semakin sering Anda menggunakan Facebook, semakin sedikit waktu Anda belajar dan semakin buruklah nilai-nilai mata pelajaran Anda.
"Hati-hati, 600 Juta Situs Seks Intai Pelajar!"
SURABAYA, KOMPAS.com — Sedikitnya 600 juta situs seks dan pornografi saat ini mengintai pelajar pengguna internet. Karena itu, harus ada kontrol penggunaan internet.
"Teknologi Tepat Guna (TTG) sudah ada di semua sekolah di Indonesia "Sekarang", dan guru-guru hanya perlu belajar caranya menggunakan TTG secara efektif, dan bersama PAKEM kita dapat mencapaikan Pendidikan Standar Dunia. Maupun Menggunakan Strategi/Metodologi TTG (Yang Berbasis-Pedagogi) Adalah Cara Terbaik Untuk Mengintegrasikan Semua Macam Teknologi Dalam Pendidikan.
Pembelajaran Berbasis-ICT Di Kelas Dapat Sangat Mengancam Perkembangan SDM (Maupun Perkembangan Guru) Yang Kreatif Di Indonesia. Informasi lanjut...
"Kita Kan Tetap Harus Berusaha Untuk Mengikuti Perkembangan Dunia"
Saya sangat setuju, tetapi masalahnya adalah kita tidak ikut "perkembangan dunia" dan itu sebabnya kita tetap tidak maju. Anak-anak kita mempunyai kemampuan besar, dan saya ingin melihat mereka mengambil tempat di dunia ini yang sesuai, bukan menjadi TKI yang tenaga buruh terus. Tetapi kita harus fokus kepada strategi-strategi "perkembangan dunia" yang benar dapat dilaksanakan dan mengembangkan kemampuannya - yang sudah terbukti!
"Internet Belum Dimanfaatkan Secara Positif Oleh Pelajar"
(Prof. DR. Nurtain)
"PADANG--MI: Pakar pendidikan dari Universitas Negeri Padang (UNP), Prof. DR. Nurtain mengatakan kini banyak pelajar dan mahasiswa yang tidak memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi internet untuk hal-hal positif namun lebih cenderung hanya untuk menghabiskan waktu dan hal yang tidak bermanfaat."
Prof. DR. Nurtain - Salut
Semoga kita dapat mulai menggunakan anggaran pendidikan kita untuk hal yang penting, seperti melatih guru-guru di lapangan mengenai caranya menggunakan "Teknologi Yang Tepat Guna"
Semoga Sukses!
Kelihatannya kita sudah mulai sadar!
Internet Masuk Sekolah - Mengapa?
"Teknologi Pendidikan Tepat Guna :: Jaman Kini!"
Dengan rasio: "Sekarang Satu Komputer Untuk 2.000 Siswa" dan "dari jumlah total yang mencapai 200.000 sekolah, sekitar 182.500 sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA se-Indonesia belum terakses internet", pembelajaran oleh komputer & e-Learning jelas bukan solusi untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah jaman kini, kan?
Yang penting dulu pemerintah fokus kepada target rasio komputer / siswa menjadi 1:20 pada tahun 2015 itu supaya kita dapat melaksanakan program pembelajaran "mengenai TIK" di semua sekolah yang sangat-sangat penting. Yang penting untuk semua pendidik sekarang: "Apakah Kebijakan TIK (ICT) di Sekolah Mengancam?"
"Pelajar Kayuagung Kecanduan Game Online"
"KAYUAGUNG, KOMPAS.com — Para siswa SD hingga SMA sederajat di Kayuagung, ibu kota Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, ditengarai sudah kecanduan permainan di internet (game online) sehingga cenderung malas belajar."
"Redi (11), pelajar di salah satu SD negeri di Kayuagung, mengaku sengaja menyisihkan uang jajannya sebesar Rp 3.000 per hari untuk bermain game online di warnet selama satu jam penuh karena sehari saja tidak ke warnet ia mengaku pusing."
"Di sejumlah warung internet di Kayuagung diketahui, puluhan kelompok pelajar hampir setiap hari memenuhi warnet untuk bermain game online, bahkan ada siswa yang membolos sekolah demi menyalurkan hobi di dunia maya tersebut."
"Sejak empat bulan terakhir saya tidak pernah lagi jajan di sekolah karena uang yang diberikan orangtua disimpan untuk membayar sewa warnet selama satu jam supaya bisa main game online, kata Redi."
"Firman (42), salah seorang pemilik warnet di Kayuagung, membenarkan perihal banyaknya pelajar di daerah itu yang saat ini sedang kecanduan game online, Facebook, dan Friendster di dunia maya."
"Facebook Sebabkan Mahasiswa Malas dan Bodoh"
JAKARTA, KOMPAS.com - Pengguna Facebook yang masih sekolah berhati-hatilah! Menurut studi yang dilakukan oleh Ohio State University, semakin sering Anda menggunakan Facebook, semakin sedikit waktu Anda belajar dan semakin buruklah nilai-nilai mata pelajaran Anda.
"Hati-hati, 600 Juta Situs Seks Intai Pelajar!"
SURABAYA, KOMPAS.com — Sedikitnya 600 juta situs seks dan pornografi saat ini mengintai pelajar pengguna internet. Karena itu, harus ada kontrol penggunaan internet.
teknologi pendidikan dalam keberhasilan sisitem pembelajaran
Begitu susahnya mengajar dan membuat siswa semangat belajar, atau jika menggunakan perspektif siswa sendiri, betapa sulitnya menumbuhkan semangat belajar dalam diri, karena proses panjang dalam pembelajaran akan memunculkan berbagai macam masalah yang dapat menghalangi dan merintangi tercapainya tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Proses pembelajaran yang tidak singkat itu membutuhkan bermacam cara dan inovasi yang dapat menumbuh kembangkan semangat dan kreatifitas pelajar maupun pengajar.
Sebuah cara dengan memanfaatkan teknologi, baik dari segi fisiknya maupun ide-ide yang ada di dalamnya adalah satu jalan yang baik untuk digunakan dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam sebuah sistem pembelajaran. Teknologi secara`eksoteris yang nampak sebagai wujud fisik peradaban modern maupun secara esoteris sebagai cara-cara non fisik yang menjadi bagian keseharian hidup manusia modern adalah bagian penting dalam pembentukan karakter semangat belajar civitas pendidikan dan pencapaian tujuan sistem pembelajaran yang ingin didapatkan. Dengan catatan bahwa cara dan menggunakan teknologi dengan tepat juga merupakan bagain vital yang ada dalam teknologi pendidikan.
Arti penting teknologi pendidikan akan terlihat di situ sebagai sebuah cara yang menjadikan pembelajaran akan tetap terus dinamis membentuk dirinya. Dinamis dalam keteraturan dan semakin terbukanya peluang bagi sebuah sistem pendidikan untuk mencapai tujuannya. Teknologi pendidikan adalah instrumen penting dalam sistem pembelajaran dalam dunia modern bahkan paska modern. Karena semakin modern satu masyarakat, semakin sistematis pula cara hidupnya. Teknologipun baik yang diterapkan dalam sistem pendidikan maupun di luar itu adalah bagian sistematisasi cara hidup manusia modern yang diteruskan manusia postmodern.
Selain itu, pemanfaatan teknologi dengan tepat berarti mengarahkan satu bagian sejarah ke jalan yang baik dan benar. Teknologi kian lama kian membawa manusia dalam labirin dehumanisasi yang mencoba menghilangkan manusia dari kebermanusiaannya. Manusia yang menggunakan teknologi dengan tanpa tepat guna akan segera menghilang dalam sistem yang dibuat oleh mereka sendiri yang dikendalikan oleh teknologi yang dibuatnya. Terjadilah proses pelapukan manusia di dalam peradaban teknologi yang dibuatnya. Teknologipun akhirnya ada tanpa makna bagi manusia, menjadi candu yang menghilangkan kesadaran manusia sebagai manusia. Menerapkan teknologi dalam sebuah sistem pembelajaran berarti menggunakan teknologi dengan tepat guna.
Pengertian Teknologi dan Media Pendidikan
Secara epistemologis, teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu techne dan logos. Techne secara harfiah dapat diartikan sebagai cara, pengetahuan, keahlian, ketrampilan. Dan logos sendiri adalah ilmu. Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan sebagai ilmu untuk menggunakan keahlian. Dan kemudian jika teknologi yang biasanya identik dengan bagian-bagian natural scientis, digunakan sebagai bagian dalam pendidikan yang bertujuan menghidupkan kreatifitas anak didik dan pengajarnya, teknologi pendidikan adalah sebuah cara untuk meraih tujuan pendidikan dengan menggunakan media-media teknologi yang dihasilkan manusia untuk membantu menumbuhkembangkan kreatifitas berfikir siswa dalam sebuah sistem pendidikan.
Ada beberapa pendapat yang agak berbeda satu sama lain tentang teknologi pendidikan. Pertama, teknologi pendidikan diartikan sebagai sekedar hardware yang dapat menunjang kegiatan dalam sistem pembelajaran. Hardware sendiri adalah komponen-komponen media teknologi yang dapat digunakan sebagai sarana yang menunjang kemajuan sebuah sistem pengajaran. Media-media tersebut, dapat berupa televisi, radio, internet, komputer, dan bermacam media lainnya.
Kedua, teknologi diartikan sebagai keseluruhan komponen yang ada dalam sebuah sistem pendidikan, baik peralatan-peralatan media teknologi maupun tehnik-tehnik pengembangan yang selalu progres menuju sebuah proses pelajaran yang dinamis sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Sesuai dengan apa yang dinyatakan Prof. Dr. Nasution, teknologi pendidikan adalah perpaduan software dan hardware sistem pendidikan, dengan melihat bahwa mengajar dan belajar adalah masalah yang harus dapat diselesaikan dan dihadapi secara rasional dan alamiah. (Teknologi Pendidikan, 2005).[1]
Sejalan dengan pengertian kedua, teknologi pendidikan melihat bahwa komponen-komponen physically di dalamnya hanyalah sebuah alat peraga yang dapat bermanfaat saat itu dikaitkan dengan sistem pendidikan atau program pendidikan. Atau dengan kata lain, komponen-komponen fisik (hardware) itu baru nampak perannya bila diterapkan sesuai dengan program-program dalam sebuah sistem pendidikan (software).
Sedangkan untuk media pendidikan bila dilihat seksama dengan memperbandingkannya dengan teknologi pendidikan, maka akan nampaklah kesamaan media pendidikan dengan teknologi pendidikan. Dengan catatan, jika itu mengacu pada pengertian teknologi pendidikan yang pertama. Yaitu yang menyatakan bahwa media pendidikan adalah berbagai jenis komponen yang ada dalam lingkungan sistem pengajaran diterapkan untuk merangsang minat pembelajaran atau untuk men-support kegiatan belajar mengajar agar lebih baik dalam pelaksanaanya. Jadi media pendidikan adalah hardware yang biasa digunakan dalam sistem pembelajaran. Meskipun secara harfiah antara teknologi pendidikan dan media pendidikan memiliki arti yang berbeda. Jika tadi di atas disebutkan bahwa secara harfiah teknologi pendidikan diartikan pengetahuan atau cara-cara yang digunakan dalam sistem pendidikan, maka media pendidikan adalah penghantar yang dapat membantu siswa menerima pengetahuan yang diajarkan oleh sebuah sistem pembelajaran. Sesuai dengan kata epistemologinya yang menyatakan bahwa media yang berasal dari bahasa Latin itu berarti sebagai sebuah penghantar, atau perantara.
Meskipun ada perbedaan signifikan ketika melihat perbedaan kedua istilah ini, ketika media dan teknologi pendidikan diartikan secara harfiah, namun jika membaca pengertian media pendidikan yang diberikan oleh Briggs maka kita akan memiliki kesimpulan bahwa keduanya adalah sama. Briggs sendiri menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat fisik yang dapat menyajikan pesan-pesan serta merangsang siswa untuk belajar. (Media Pendidikan:1984)[2]. Jadi melihat pengertian ini, saya menyimpulkan bahwa antara keduanya tidaklah ada perbedaan secara menyeluruh, baik dengan menggunakan pengertian yang pertama maupun yang kedua. Jika menggunkan pengertian yang kedua, untuk menyimpulkan bahwa keduanya tidak memiliki perbedaan signifikan saya sekedar menambahkan pernyataan bahwa media pendidikan adalah hardware yang digunakan dalam sebuah sistem teknologi pendidikan. Dengan begitu media pendidikan merupakan bagian dari teknologi pendidikan yang ada, jadi ketika melihat hal ini demikian maka tidaklah relevan jika membedakan keduanya secara jelas. Dengan menggunakan pengertian yang pertama kita sama sekali tidak akan mampu membedakannya karena keduanya identik satu sama lain, bahkan memang keduanya entitas yang sama. Dan jika menggunakan pengertian yang kedua maka media pendidikan bukanlah padanan yang tepat bila hendak dibedakan dengan teknologi pendidikan. Sebagai sebuah bagian yang independen mungkin media pendidikan dapat dibedakan dengan teknologi pendidikan. Namun jika sebagai sebuah sistem yang utuh telah menyatu, maka layaknya air dengan jernihnya, keduanya tidak dapat dikatakan sebagai dua entitas yang beda, keduanya sama.
Tujuan Pendidikan
Dalam bukunya yang sempat disinggung dalam definisi di atas, Dr Nasution membedakan tujuan pendidikan menjadi dua, tujuan umum dan khusus. Tetapi jika melihat uraian yang diberikan Dr Nasution lebih lanjut tentang tujuan pendidikan maka antara tujuan umum dan khusus pada dasarnya tidak dapat dibedakan, karena bisa saja dalam satu waktu yang bersamaan, satu hal yang dijadikan tujuan bisa bersifat umum dan bisa pula bersifat khusus, tergantung bagaimana kita hendak merinci tujuan pendidikan yang hendak diraih. Jadi dalam menentukan tujuan pendidikan, kerelatifan dalam menentukannya sebagai hal yang umum atau khusus akan selalu ada.
Meski demikian pada dasarnya, yang namanya tujuan khusus dan umum tetap harus ada dalam sebuah sistem pendidikan. Hal ini akan membantu menerangi jalan yang hendak digunakan, dan upaya apa yang harus dilakukan dalam menjalankan roda sistem pendidikan itu. Tujuan pendidikan relatif karena, bila kita merusmuskan satu tujuan maka tujuan yang kita rumuskan tadi pada umumnya akan terus dapat bercabang, menjadi bagian yang lebih kecil dan kecil lagi. Dan yang menjadi catatan penting di sini, semakin umum satu tujuan pendidikan maka akan semakin komplek cara atau metode yang harus digunakan. Ketika menyatakan bahwa tujuan pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa misal, dari penyebutan tujuan saja akan banyak menimbulkan permasalahan. “Mencerdaskan kehidupan bangsa.” Kata sakral yang nampak indah dan enak didengar namun, banyak sekali menimbulkan penafsiran. Ketika baru menyebutkan tujuannya saja sudah memunculkan masalah, apalagi kalau ini hendak diterapkan, masalah pasti semakin bertambah. Maka dari itu satu sistem pendidikan yang baik adalah sistem pendidikan yang memiliki kedua unsur tadi, khusus dan umum. Tidak terlalu umum atau terlalu khusus. Tujuan pendidikan yang terlalu umum akan menimbulkan berbagai problem seperti yang disebutkan sebelumnya. Sedangkan tujuan yang terlalu khusus, menjadikan siswa dapat berhitung misal, tentu menjadikan anak didik hanya akan terpaku pada satu hal kecil saja sesuai besar-kecilnya tujuan khusus itu. Semakin kecil tujuan pendidikan yang hendak dicapai, maka semakin tidak beragamlah pengetahuan yang didapat peserta didik. Jadi tujuan pendidikan akan menemukan bentuk idealnya ketika konseptor pendidikan menemukan tujuan pendidikan berdasarkan tujuan pendidikan yang ada di antara keduanya.
Meskipun masih bersifat umum, tujuan pendidikan yang dikemukakan Herbert Spencer (1860) berikut ini sudah cukup bagus bila digunakan sebagai salah satu motor penggerak jalannya sebuah sistem pendidikan. Dia membagi tujuan pendidikan menjadi lima bagian.[3]
Kegiatan demi kelangsungan hidup[4]
Usaha untuk mencari nafkah[5]
Pendidikan anak
Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan negara
Penggunaan waktu senggang
Selain ini, masih banyak sekali tujuan yang lebih khusus dijabarkan dari sebuah sistem pendidikan, dari SD hinga perguruan tinggi. Dari yang rinci sampai yang paling rinci.
Klasifikasi Media Teknologi Untuk Pendidikan
Ada beberapa pengklasifikasian media teknologi yang biasanya digunakan dalam sistem pendidikan. Dan banyak sekali tokoh yang telah melakukan itu di antaranya Rudy Brezt, Duncan, Briggs, dan Gagne. Rudy Brezt misalnya mengklasifikasikan media teknologi untuk pendidikan menjadi tiga unsur; visual, suara, dan gerak. Briggs mengklasifikasikan media menjadi tiga belas macam; objek, model, suara langsung, rekaman, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi, dan gambar. Sedangkan Gagne, mengklasifikasikannya menjadi tujuh media; pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukalihkan ilmu, menilai prestasi, dan memberi umpan balik. [6]
Dari tiga pendapat di atas saya melihat bahwa esensi yang mereka kemukakan adalah sama. Klasifikasi yang dilakukan Briggs dan Gagne adalah apa yang diberikan oleh Rudy Brezt. Kedua klasifikasi itu memuat tiga hal yang disampaikan Brezt, bahwa media pendidikan pada dasarnya terdiri dari visual, gerak dan suara.
Arti Penting Teknologi Pendidikan dalam Sistem Pembelajaran
Sejak manusia mengenal sistem pendidikan teknologi pendidikan telah menjadi fondasi bagi jalannya sistem pendidikan yang ada, dan itu telah ada beberapa abad sebelum adanya sebuah sistem yang sistematis seperti halnya yang ada dalam madrasah-madrasah yang ada di dunia Islam, seperti di Madrasah Nizamiyah[7]di Bagdad pada abad pertengahan saat Islam mengalami masa keemasan. Pada masa Aristoteles misalnya, melalui Lyceum-nya[8]atau Akademia, teknologi pendidikan meski dalam bentuk yang sederhana telah mulai menjadi bagain integral dari sistem pembelajaran yang ada.[9] Kemudian, era Scolatic di Barat yang terkenal dengan sekolah-sekolah bagi biarawan dan biarawatinya juga tidak lepas dengan teknologi pendidikannya. Sedangkan di Madrasah Nizamiyah sendiri, sistematisasi metode pengajaran nampak dengan adanya pembagaian ilmu-ilmu fikih yang diajarkan dengan mengajarkan ajaran empat madzab fikih, ditunjang dengan berbagai keilmuan lainnya dengan di dukung misalnya perpustakaan yang memadai, laboratorium kimia maupun laboratorium langit, serta asrama bagi para siswanya. Semua elemen itu tersususun sebagai sebuah teknologi pendidikan yang berhasil membawa Islam menuju puncak keemasan.
Teknologi pendidikan jelas memiliki arti yang begitu penting, apalagi untuk manusia modern dan manusia postmodern saat ini. Dengan masalah hidup yang semakin kompleks dan berbagai tantangan hidup yang begitu banyak, dunia pendidikan sebagai salah satu tempat yang paling efektif membentuk pribadi dan kematangan manusia tentu semakin memerlukan sebuah metode atau tehnik yang compatible dengan zamannya. Teknologi pendidikan secara keseluruhan dalam sistem pendidikan adalah miniatur cara memandang dan menyikapi manusia untuk dapat terjun hidup sebagai anggota masyarakat. Melalui ini dalam sistem pendidikan manusia ditempa untuk menjadi manusia yang juga dapat menyesuaiakan diri dengan baik dalam lingkungannya.
Kemudian secara khususpun media pendidikan juga memiliki arti penting sama halnya teknologi pendidikan secara umum. Di era Abasiyyah di Madrasah Nizamiyah misalnya. Kita dapat melihat bagaimana perpustakaan sebagai media pendidikan memiliki peran penting dalam progresifitas pendidikan pada masa itu. Tidak dipungkiri bahwa bahan bacaan adalah faktor yang menjadikan siswa menemukan khazanah keilmuan yang dapat mengisi khazanah pengetahuan dalam diri mereka selain dari apa yang disampaikan gurunya. Kalau di zaman sekarang, peran penting media pendidikan dengan menggunakan media teknologi seperti komputer, rekaman audio, atau juga film tentu amat sangat memiliki arti penting. Apalagi jika sistem pendidikan yang bersangkutan memiliki orientasi pada siswa untuk dicetak sebagai tenaga kerja, akan lebih lagi nilai penting media semacam itu dalam penemuan khazanah pengetahuan yang ingin didapat peserta didik. Meski demikian tetap saja harus ada penyesuaian di sana-sini agar media pendidikan yang digunakan tepat guna. Dan di sinilah software teknologi pendidikan diperlukan, bagaimana mengupayakan agar media pendidikan dengan menggunakan media teknologi bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Kita dapat melihat mekanisme teknologi pendidikan dengan menggunakan sample pola hubungan media pendidikan yang menggunakan gambar dengan software dalam teknologi pendidikan. Gambar atau foto adalah salah satu media teknologi yang cukup bagus digunakan sebagai media dalam praktek pendidikan. Hal itu karena gambar atau foto memiliki kelebihan seperti sifatnya konkrit, gambar dapat mengatasi batas ruang dan waktu, dapat memperjelas satu masalah, dan mudah didapatkan. Namun sayangnya gambar juga memiliki kelemahan, di antaranya gambar hanya menekankan persepsi indera penglihatan, gambar yang terlalu komplek tidak efektif ketika digunakan dalam dalam sistem pembelajaran, ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Untuk itu maka harus ada filterisasi di situ, dan tentu mekanisme software teknologi pendidikan diperlukan untuk mengoptimalkan guna gambar atau foto yang digunakan. Software menyaring gambar atau foto yang akan digunakan. Dengan menetapkan syarat-syarat berikut misalnya, software dalam teknologi pendidikan berperan; dengan mengklasifikasikan bahwa gambar yang dapat digunakan sebagai media pendidikan adalah yang autentik. Gambar yang menceritakan apa adanya satu peristiwa. Kemudian juga, gambar itu harus sederhana, apalagi jika siswa yang diajar masih dalam tingkatan bawah seperti siswa SD atau Taman kanak-kanak. Dengan komposisi sederhana yang cukup jelas menampilkan poin-poin yang ingin diajarkan. Mungkin itu sedikit pembahasan yang menggambarkan nilai penting media pendidikan dalam teknologi pendidikan.
Penutup
Ada satu hal penting yang tetap harus diperhatikan dalam pengaplikasian sebuah teknologi pendidikan dalam sebuah sistem pendidikan, bahwa teknologi pendidikan yang digunakan haruslah compatible dengan kondisi yang ada. Saya melihat bahwa kegagalan sistem pendidikan Indonesia disebabkan pengaplikasian metode yang digunakan dengan cara yang sama pada objek yang berbeda. Sistem pendidikan yang bagus harusnya adalah sistem pendidikan yang menggunakan teknologi pendidikan yang mampu menyesuaikan dengan objek pengajaran, yaitu siswa. Apa yang terjadi selama ini adalah keegoisan para pembuat kebijakan dunia pendidikan saat membuat kurikulum misal, dengan tanpa memperhatikan siswa sebagai bagian dari sistem teknologi pendidikan. Bahwa setiap individu yang menjadi peserta didik itu adalah berbeda-beda dengan kecenderungan dan kemampuan yang juga berbeda.
Dari sini kemudian saya berkesimpulan bahwa, memang semua perangkat dalam sistem pendidikan memiliki peran dan menjadi faktor yang begitu berpengaruh dalam keberhasilan sistem pendidikan. Dari para pembuat kebijakan, guru, murid, kurikulum, semuanya memiliki peran penting. Dan semuanya itu dihubungkan oleh sebuah sistem yang bernama teknologi pendidikan.
Sebuah cara dengan memanfaatkan teknologi, baik dari segi fisiknya maupun ide-ide yang ada di dalamnya adalah satu jalan yang baik untuk digunakan dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam sebuah sistem pembelajaran. Teknologi secara`eksoteris yang nampak sebagai wujud fisik peradaban modern maupun secara esoteris sebagai cara-cara non fisik yang menjadi bagian keseharian hidup manusia modern adalah bagian penting dalam pembentukan karakter semangat belajar civitas pendidikan dan pencapaian tujuan sistem pembelajaran yang ingin didapatkan. Dengan catatan bahwa cara dan menggunakan teknologi dengan tepat juga merupakan bagain vital yang ada dalam teknologi pendidikan.
Arti penting teknologi pendidikan akan terlihat di situ sebagai sebuah cara yang menjadikan pembelajaran akan tetap terus dinamis membentuk dirinya. Dinamis dalam keteraturan dan semakin terbukanya peluang bagi sebuah sistem pendidikan untuk mencapai tujuannya. Teknologi pendidikan adalah instrumen penting dalam sistem pembelajaran dalam dunia modern bahkan paska modern. Karena semakin modern satu masyarakat, semakin sistematis pula cara hidupnya. Teknologipun baik yang diterapkan dalam sistem pendidikan maupun di luar itu adalah bagian sistematisasi cara hidup manusia modern yang diteruskan manusia postmodern.
Selain itu, pemanfaatan teknologi dengan tepat berarti mengarahkan satu bagian sejarah ke jalan yang baik dan benar. Teknologi kian lama kian membawa manusia dalam labirin dehumanisasi yang mencoba menghilangkan manusia dari kebermanusiaannya. Manusia yang menggunakan teknologi dengan tanpa tepat guna akan segera menghilang dalam sistem yang dibuat oleh mereka sendiri yang dikendalikan oleh teknologi yang dibuatnya. Terjadilah proses pelapukan manusia di dalam peradaban teknologi yang dibuatnya. Teknologipun akhirnya ada tanpa makna bagi manusia, menjadi candu yang menghilangkan kesadaran manusia sebagai manusia. Menerapkan teknologi dalam sebuah sistem pembelajaran berarti menggunakan teknologi dengan tepat guna.
Pengertian Teknologi dan Media Pendidikan
Secara epistemologis, teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu techne dan logos. Techne secara harfiah dapat diartikan sebagai cara, pengetahuan, keahlian, ketrampilan. Dan logos sendiri adalah ilmu. Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan sebagai ilmu untuk menggunakan keahlian. Dan kemudian jika teknologi yang biasanya identik dengan bagian-bagian natural scientis, digunakan sebagai bagian dalam pendidikan yang bertujuan menghidupkan kreatifitas anak didik dan pengajarnya, teknologi pendidikan adalah sebuah cara untuk meraih tujuan pendidikan dengan menggunakan media-media teknologi yang dihasilkan manusia untuk membantu menumbuhkembangkan kreatifitas berfikir siswa dalam sebuah sistem pendidikan.
Ada beberapa pendapat yang agak berbeda satu sama lain tentang teknologi pendidikan. Pertama, teknologi pendidikan diartikan sebagai sekedar hardware yang dapat menunjang kegiatan dalam sistem pembelajaran. Hardware sendiri adalah komponen-komponen media teknologi yang dapat digunakan sebagai sarana yang menunjang kemajuan sebuah sistem pengajaran. Media-media tersebut, dapat berupa televisi, radio, internet, komputer, dan bermacam media lainnya.
Kedua, teknologi diartikan sebagai keseluruhan komponen yang ada dalam sebuah sistem pendidikan, baik peralatan-peralatan media teknologi maupun tehnik-tehnik pengembangan yang selalu progres menuju sebuah proses pelajaran yang dinamis sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Sesuai dengan apa yang dinyatakan Prof. Dr. Nasution, teknologi pendidikan adalah perpaduan software dan hardware sistem pendidikan, dengan melihat bahwa mengajar dan belajar adalah masalah yang harus dapat diselesaikan dan dihadapi secara rasional dan alamiah. (Teknologi Pendidikan, 2005).[1]
Sejalan dengan pengertian kedua, teknologi pendidikan melihat bahwa komponen-komponen physically di dalamnya hanyalah sebuah alat peraga yang dapat bermanfaat saat itu dikaitkan dengan sistem pendidikan atau program pendidikan. Atau dengan kata lain, komponen-komponen fisik (hardware) itu baru nampak perannya bila diterapkan sesuai dengan program-program dalam sebuah sistem pendidikan (software).
Sedangkan untuk media pendidikan bila dilihat seksama dengan memperbandingkannya dengan teknologi pendidikan, maka akan nampaklah kesamaan media pendidikan dengan teknologi pendidikan. Dengan catatan, jika itu mengacu pada pengertian teknologi pendidikan yang pertama. Yaitu yang menyatakan bahwa media pendidikan adalah berbagai jenis komponen yang ada dalam lingkungan sistem pengajaran diterapkan untuk merangsang minat pembelajaran atau untuk men-support kegiatan belajar mengajar agar lebih baik dalam pelaksanaanya. Jadi media pendidikan adalah hardware yang biasa digunakan dalam sistem pembelajaran. Meskipun secara harfiah antara teknologi pendidikan dan media pendidikan memiliki arti yang berbeda. Jika tadi di atas disebutkan bahwa secara harfiah teknologi pendidikan diartikan pengetahuan atau cara-cara yang digunakan dalam sistem pendidikan, maka media pendidikan adalah penghantar yang dapat membantu siswa menerima pengetahuan yang diajarkan oleh sebuah sistem pembelajaran. Sesuai dengan kata epistemologinya yang menyatakan bahwa media yang berasal dari bahasa Latin itu berarti sebagai sebuah penghantar, atau perantara.
Meskipun ada perbedaan signifikan ketika melihat perbedaan kedua istilah ini, ketika media dan teknologi pendidikan diartikan secara harfiah, namun jika membaca pengertian media pendidikan yang diberikan oleh Briggs maka kita akan memiliki kesimpulan bahwa keduanya adalah sama. Briggs sendiri menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat fisik yang dapat menyajikan pesan-pesan serta merangsang siswa untuk belajar. (Media Pendidikan:1984)[2]. Jadi melihat pengertian ini, saya menyimpulkan bahwa antara keduanya tidaklah ada perbedaan secara menyeluruh, baik dengan menggunakan pengertian yang pertama maupun yang kedua. Jika menggunkan pengertian yang kedua, untuk menyimpulkan bahwa keduanya tidak memiliki perbedaan signifikan saya sekedar menambahkan pernyataan bahwa media pendidikan adalah hardware yang digunakan dalam sebuah sistem teknologi pendidikan. Dengan begitu media pendidikan merupakan bagian dari teknologi pendidikan yang ada, jadi ketika melihat hal ini demikian maka tidaklah relevan jika membedakan keduanya secara jelas. Dengan menggunakan pengertian yang pertama kita sama sekali tidak akan mampu membedakannya karena keduanya identik satu sama lain, bahkan memang keduanya entitas yang sama. Dan jika menggunakan pengertian yang kedua maka media pendidikan bukanlah padanan yang tepat bila hendak dibedakan dengan teknologi pendidikan. Sebagai sebuah bagian yang independen mungkin media pendidikan dapat dibedakan dengan teknologi pendidikan. Namun jika sebagai sebuah sistem yang utuh telah menyatu, maka layaknya air dengan jernihnya, keduanya tidak dapat dikatakan sebagai dua entitas yang beda, keduanya sama.
Tujuan Pendidikan
Dalam bukunya yang sempat disinggung dalam definisi di atas, Dr Nasution membedakan tujuan pendidikan menjadi dua, tujuan umum dan khusus. Tetapi jika melihat uraian yang diberikan Dr Nasution lebih lanjut tentang tujuan pendidikan maka antara tujuan umum dan khusus pada dasarnya tidak dapat dibedakan, karena bisa saja dalam satu waktu yang bersamaan, satu hal yang dijadikan tujuan bisa bersifat umum dan bisa pula bersifat khusus, tergantung bagaimana kita hendak merinci tujuan pendidikan yang hendak diraih. Jadi dalam menentukan tujuan pendidikan, kerelatifan dalam menentukannya sebagai hal yang umum atau khusus akan selalu ada.
Meski demikian pada dasarnya, yang namanya tujuan khusus dan umum tetap harus ada dalam sebuah sistem pendidikan. Hal ini akan membantu menerangi jalan yang hendak digunakan, dan upaya apa yang harus dilakukan dalam menjalankan roda sistem pendidikan itu. Tujuan pendidikan relatif karena, bila kita merusmuskan satu tujuan maka tujuan yang kita rumuskan tadi pada umumnya akan terus dapat bercabang, menjadi bagian yang lebih kecil dan kecil lagi. Dan yang menjadi catatan penting di sini, semakin umum satu tujuan pendidikan maka akan semakin komplek cara atau metode yang harus digunakan. Ketika menyatakan bahwa tujuan pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa misal, dari penyebutan tujuan saja akan banyak menimbulkan permasalahan. “Mencerdaskan kehidupan bangsa.” Kata sakral yang nampak indah dan enak didengar namun, banyak sekali menimbulkan penafsiran. Ketika baru menyebutkan tujuannya saja sudah memunculkan masalah, apalagi kalau ini hendak diterapkan, masalah pasti semakin bertambah. Maka dari itu satu sistem pendidikan yang baik adalah sistem pendidikan yang memiliki kedua unsur tadi, khusus dan umum. Tidak terlalu umum atau terlalu khusus. Tujuan pendidikan yang terlalu umum akan menimbulkan berbagai problem seperti yang disebutkan sebelumnya. Sedangkan tujuan yang terlalu khusus, menjadikan siswa dapat berhitung misal, tentu menjadikan anak didik hanya akan terpaku pada satu hal kecil saja sesuai besar-kecilnya tujuan khusus itu. Semakin kecil tujuan pendidikan yang hendak dicapai, maka semakin tidak beragamlah pengetahuan yang didapat peserta didik. Jadi tujuan pendidikan akan menemukan bentuk idealnya ketika konseptor pendidikan menemukan tujuan pendidikan berdasarkan tujuan pendidikan yang ada di antara keduanya.
Meskipun masih bersifat umum, tujuan pendidikan yang dikemukakan Herbert Spencer (1860) berikut ini sudah cukup bagus bila digunakan sebagai salah satu motor penggerak jalannya sebuah sistem pendidikan. Dia membagi tujuan pendidikan menjadi lima bagian.[3]
Kegiatan demi kelangsungan hidup[4]
Usaha untuk mencari nafkah[5]
Pendidikan anak
Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan negara
Penggunaan waktu senggang
Selain ini, masih banyak sekali tujuan yang lebih khusus dijabarkan dari sebuah sistem pendidikan, dari SD hinga perguruan tinggi. Dari yang rinci sampai yang paling rinci.
Klasifikasi Media Teknologi Untuk Pendidikan
Ada beberapa pengklasifikasian media teknologi yang biasanya digunakan dalam sistem pendidikan. Dan banyak sekali tokoh yang telah melakukan itu di antaranya Rudy Brezt, Duncan, Briggs, dan Gagne. Rudy Brezt misalnya mengklasifikasikan media teknologi untuk pendidikan menjadi tiga unsur; visual, suara, dan gerak. Briggs mengklasifikasikan media menjadi tiga belas macam; objek, model, suara langsung, rekaman, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi, dan gambar. Sedangkan Gagne, mengklasifikasikannya menjadi tujuh media; pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukalihkan ilmu, menilai prestasi, dan memberi umpan balik. [6]
Dari tiga pendapat di atas saya melihat bahwa esensi yang mereka kemukakan adalah sama. Klasifikasi yang dilakukan Briggs dan Gagne adalah apa yang diberikan oleh Rudy Brezt. Kedua klasifikasi itu memuat tiga hal yang disampaikan Brezt, bahwa media pendidikan pada dasarnya terdiri dari visual, gerak dan suara.
Arti Penting Teknologi Pendidikan dalam Sistem Pembelajaran
Sejak manusia mengenal sistem pendidikan teknologi pendidikan telah menjadi fondasi bagi jalannya sistem pendidikan yang ada, dan itu telah ada beberapa abad sebelum adanya sebuah sistem yang sistematis seperti halnya yang ada dalam madrasah-madrasah yang ada di dunia Islam, seperti di Madrasah Nizamiyah[7]di Bagdad pada abad pertengahan saat Islam mengalami masa keemasan. Pada masa Aristoteles misalnya, melalui Lyceum-nya[8]atau Akademia, teknologi pendidikan meski dalam bentuk yang sederhana telah mulai menjadi bagain integral dari sistem pembelajaran yang ada.[9] Kemudian, era Scolatic di Barat yang terkenal dengan sekolah-sekolah bagi biarawan dan biarawatinya juga tidak lepas dengan teknologi pendidikannya. Sedangkan di Madrasah Nizamiyah sendiri, sistematisasi metode pengajaran nampak dengan adanya pembagaian ilmu-ilmu fikih yang diajarkan dengan mengajarkan ajaran empat madzab fikih, ditunjang dengan berbagai keilmuan lainnya dengan di dukung misalnya perpustakaan yang memadai, laboratorium kimia maupun laboratorium langit, serta asrama bagi para siswanya. Semua elemen itu tersususun sebagai sebuah teknologi pendidikan yang berhasil membawa Islam menuju puncak keemasan.
Teknologi pendidikan jelas memiliki arti yang begitu penting, apalagi untuk manusia modern dan manusia postmodern saat ini. Dengan masalah hidup yang semakin kompleks dan berbagai tantangan hidup yang begitu banyak, dunia pendidikan sebagai salah satu tempat yang paling efektif membentuk pribadi dan kematangan manusia tentu semakin memerlukan sebuah metode atau tehnik yang compatible dengan zamannya. Teknologi pendidikan secara keseluruhan dalam sistem pendidikan adalah miniatur cara memandang dan menyikapi manusia untuk dapat terjun hidup sebagai anggota masyarakat. Melalui ini dalam sistem pendidikan manusia ditempa untuk menjadi manusia yang juga dapat menyesuaiakan diri dengan baik dalam lingkungannya.
Kemudian secara khususpun media pendidikan juga memiliki arti penting sama halnya teknologi pendidikan secara umum. Di era Abasiyyah di Madrasah Nizamiyah misalnya. Kita dapat melihat bagaimana perpustakaan sebagai media pendidikan memiliki peran penting dalam progresifitas pendidikan pada masa itu. Tidak dipungkiri bahwa bahan bacaan adalah faktor yang menjadikan siswa menemukan khazanah keilmuan yang dapat mengisi khazanah pengetahuan dalam diri mereka selain dari apa yang disampaikan gurunya. Kalau di zaman sekarang, peran penting media pendidikan dengan menggunakan media teknologi seperti komputer, rekaman audio, atau juga film tentu amat sangat memiliki arti penting. Apalagi jika sistem pendidikan yang bersangkutan memiliki orientasi pada siswa untuk dicetak sebagai tenaga kerja, akan lebih lagi nilai penting media semacam itu dalam penemuan khazanah pengetahuan yang ingin didapat peserta didik. Meski demikian tetap saja harus ada penyesuaian di sana-sini agar media pendidikan yang digunakan tepat guna. Dan di sinilah software teknologi pendidikan diperlukan, bagaimana mengupayakan agar media pendidikan dengan menggunakan media teknologi bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Kita dapat melihat mekanisme teknologi pendidikan dengan menggunakan sample pola hubungan media pendidikan yang menggunakan gambar dengan software dalam teknologi pendidikan. Gambar atau foto adalah salah satu media teknologi yang cukup bagus digunakan sebagai media dalam praktek pendidikan. Hal itu karena gambar atau foto memiliki kelebihan seperti sifatnya konkrit, gambar dapat mengatasi batas ruang dan waktu, dapat memperjelas satu masalah, dan mudah didapatkan. Namun sayangnya gambar juga memiliki kelemahan, di antaranya gambar hanya menekankan persepsi indera penglihatan, gambar yang terlalu komplek tidak efektif ketika digunakan dalam dalam sistem pembelajaran, ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Untuk itu maka harus ada filterisasi di situ, dan tentu mekanisme software teknologi pendidikan diperlukan untuk mengoptimalkan guna gambar atau foto yang digunakan. Software menyaring gambar atau foto yang akan digunakan. Dengan menetapkan syarat-syarat berikut misalnya, software dalam teknologi pendidikan berperan; dengan mengklasifikasikan bahwa gambar yang dapat digunakan sebagai media pendidikan adalah yang autentik. Gambar yang menceritakan apa adanya satu peristiwa. Kemudian juga, gambar itu harus sederhana, apalagi jika siswa yang diajar masih dalam tingkatan bawah seperti siswa SD atau Taman kanak-kanak. Dengan komposisi sederhana yang cukup jelas menampilkan poin-poin yang ingin diajarkan. Mungkin itu sedikit pembahasan yang menggambarkan nilai penting media pendidikan dalam teknologi pendidikan.
Penutup
Ada satu hal penting yang tetap harus diperhatikan dalam pengaplikasian sebuah teknologi pendidikan dalam sebuah sistem pendidikan, bahwa teknologi pendidikan yang digunakan haruslah compatible dengan kondisi yang ada. Saya melihat bahwa kegagalan sistem pendidikan Indonesia disebabkan pengaplikasian metode yang digunakan dengan cara yang sama pada objek yang berbeda. Sistem pendidikan yang bagus harusnya adalah sistem pendidikan yang menggunakan teknologi pendidikan yang mampu menyesuaikan dengan objek pengajaran, yaitu siswa. Apa yang terjadi selama ini adalah keegoisan para pembuat kebijakan dunia pendidikan saat membuat kurikulum misal, dengan tanpa memperhatikan siswa sebagai bagian dari sistem teknologi pendidikan. Bahwa setiap individu yang menjadi peserta didik itu adalah berbeda-beda dengan kecenderungan dan kemampuan yang juga berbeda.
Dari sini kemudian saya berkesimpulan bahwa, memang semua perangkat dalam sistem pendidikan memiliki peran dan menjadi faktor yang begitu berpengaruh dalam keberhasilan sistem pendidikan. Dari para pembuat kebijakan, guru, murid, kurikulum, semuanya memiliki peran penting. Dan semuanya itu dihubungkan oleh sebuah sistem yang bernama teknologi pendidikan.
SISTEM PENDIDIKAN IBNU SINA
ENDAHULUAN.
Pada zaman kebangkitan Islam dalam melengkapkan diri dengan ilmu pengetahuan rata-rata para sarjana Islam, ilmu tidak berasa cukup dengan hanya satu cabang ilmu sahaja malahan sebaliknya, mereka sedaya mungkin cuba menguasai kebanyakan bidang ilmu yang ada pada waktu itu, kecenderungan ini boleh dikatakan sebagai hasil daripada dasar dan pandangan Islam sendiri terhadap ilmu.Sebagaimana dimaklumi, Islam mempunyai pandangan yang komprehensif terhadap hidup, hasilnya ilmu pada pandangan Islam, bersifat bersepadu, dan sebaik-baik ulama ialah orang yang dapat menguasai sebanyak mungkin cabang-cabang ilmu tersebut. Antara orang yang paling berjaya dalam menguasai cabang-cabang ilmu yang banyak ini termasuklah Ibnu Sina , beliau bukan sahaja merupakan seorang ahli perubatan kelas pertama tapi juga ahli sains dan falsafah, di samping itu Ibnu Sina juga merupakan ahli politik yang lincah dan ahli kemasyarakatan yang berkaliber. Dan dikenali di Eropah sebagai Avienna “ was greatest Muslim thinker and the last of the Muslim philoshopher in the East.
2. BIOGRAFI IBNU SINA.
Nama penuh beliau ialah Abu Ali al-Husain Ibn Abdullah Ibnu Sina, yang lahir pada tahun 980 M / 370 H di sebuah kampung bernama Afsahan, di daerah Kahrmisan Bukhara, yang merupakan seorang anak yang bertuah pada masa kecilnya kerana dapat hidup dalam sebuah keluarga yang kaya raya, di Bukharalah juga beliau menumpukan dalam bidang bahasa dan sastera dan hidupnya diabadikan dalam dunia ilmu pengetahuan.
sejak kecil mempelajari ilmu, seperti : Filsafah, geometri, ilmu hisab, feqih, logik, perubatan dll. Beliau langsung dibimbing oleh bapaknya sendiri, yang bernama Abdullah.dan lain-lain guru yang dipilih oleh keluarganya sendiri. Bapanya seorang yang ada kecenderungan Isma’iliyyah dari Mesir, juga peminat falsafah kumpulan Ikhwan al-Safa. Dari perbincangan-perbincangan akademik yang keluarga adakan saban hari Ibnu sina mula beri perhatian terhadap falsafah dan segala bidangnya. Dari mereka, ia melaporkan “ I was well as my brother, heard the account of the soul and the intellect in the special manner in which they speak about it and know it. Sometimes they used to discuss this among themselves while I was listening to them and understanding what they were saying, but my soul would not accept it, and so they began appeling to me to do it ( meant to accept the Ismaili doctrines ). Kemudian bermula dari itu, tetamu-tetamu dari Egypt aliran Ismailiyyah yang datang ke Bukhara, telah dijemput tinggal dengan keluarganya. Ibnu Sina mengambil kesempatan itu untuk mempelajari beberapa subjek penting seperti “ philosophy, logic, greek and Indian mathematics”. Tetapi tokoh yang banyak berjasa pada Ibnu Sina ialah seorang sarjana falsafah Abu ‘ abdullah al-Natali.
Selepas mencapai kedudukan yang tinggi dalam bidang sastera dan bahasa sewaktu berusia dua puluh tahu, beliau mulai berminat dengan ilmu-ilmu akal, kemudian memulakan pengajian dalam bidang tersebut dengan mempelajari logik, geometri dan buku Almagest daripada Abu Abdullah al-Natali, seorang rakan bapanya.
Dalam bidang perubatan, Ibnu Sina telah mencapai satu tahap pencapaian yang amat tinggi. Walau bagaimanapun, beliau tidak menjadikan sebagai kerjaya untuk mencari rezeki. Sebaliknya, beliau mengajar ilmu tersebut kepada para doktor bagi menambahkan lagi pengetahuan mereka dalam bidang tersebut, pada suatu waktu, apabila beliau berjaya menyembuhkan penyakit yang dihadapi oleh Putera Nuh Ibn Nas al-Samani yang gagal diubati oleh para doktor lain.
Ibnu Sina telah mendapat penghormatan yang besar daripada putera tersebut. Antara lain, beliau telah dibenarkan untuk menggunakan perpustakaan istana yang banyak mempunyai buku-buku yang sukar didapati. Melalui perpustakaan tersebut, beliau kemudiannya memperoleh ilmu yang banyak.
Kemasyhuran dan kepakaran Ibnu Sina dalam ilmu perubatan ini kemudiannya telah melayakkan beliau untuk diberi gelaran Mahaguru Pertama (al-Syaikh al-Ra’is), beliau percaya kepada ketahanan tubuh itu sendiri dalam menolak penyakit, ubat hanya boleh merangsang ketahanan itu. Dengan demikian, beliau berpendapat, tanpa ketahanan yang cukup dalam tubuh, ubat adalah tidak berfaedah.
3. KARYA PENULISAN.
Menghasilkan lebih kurang 276 tulisan dan buku, komentar, risalah dalam berbagai bidang, namun yang terkenal dengan dua buah karyanya ; “ Qanun fi’l-Tibb’ (Undang-undang dalam perubatan) dan al-Shifa’ ( sembuh daripada kesalahan)
Tidak dapat dinafikan bahawa karya Ibnu Sina yang membincangkan panjang lebar tentang falsafah pengetahuan dalam al-syifa. Buku ini dianggap buku yang terpenting dalam falsafah pengetahuan di timur dan di barat. Malah buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin dengan tajuk Sufficientioa yang merupakan “ The Longest encyclopedia of knowlwdge. Ever written by one man ( nasr, 1969).
Ibnu Sina menggunakan dua cara dalam menulis kitab-kitabnya, ada kitab yang ditulisnya untuk orang awam atau sebahagian besar penuntut hikmat, ada kitab orang yang khusus atau untuk dirinya dan orang yang dekat kepadanya. Maknanya beliau tidaklah menyalahi falsafah mashsaiyah peripatetic) yang dikenal orang. Inilah yang klita namakan mazhab yang terkenal. Dalam kitab-kitab lain, Ibnu Sina menyatakan terus terang bahawa ia memasukkan falsafah dalam kitab sebagaimana sebenar tampa segan-segan menentang falsafah yang terkenal di kalangan orang kebanyakan. Beliau berpesan agar hikmat ini disembunyikan kepada orang ramai. Inilah yang disebut mazhab tertutup. Menyembunyikan mazhab soal biasa pada filsuf-filsuf dahulu kala ( Madkour, 1934 ). Socrotes pernah berkata : “ Hikmat adalah benda suci, tidak rosak dan kotor. Jadi tidaklah patut kita menyimpanya kecuali dalam jiwa yang hidup, kita harus membersihkannya dari pada kulit yang mati, dan menjaganya daripada hati yang membangkang” ( Ibn Abi Usaibah, 1965)
Sebelum Ibnu Sina membahagikan hikmat itu, ditentukannya tujuan, iaitu mencari hakikat sesuatu sesuai dengan kesanggupan manusia. Kemudian dibahagikan hikmat itu mengikut benda-benda yang wujud. Sesetengah benda itu wujudnya tidak bergantung pada perbuatan dan kemahuan kita. Contoh bahagian pertama adalah benda-benda di bumi, di langit, bentuk-bentuk geometri, bilangan dan zat Tuhan. Semua benda ini tertakluk wujudnya kepada perbuatan dan kemahuan kita. Tetapi susunsn politik, tingkah laku akhlak dan menciptanya. Kita juga boleh meninggalkannya, begitu juga dengan pelbagai seni dan pertukangan. Oleh itu mengetahui perkara-perkara bahagian pertama, iaitu yang tidak tertakluk wujudnya pada perbuatan dan kemahuan kita disebut Falsafah Teoritikal, manakala bahagian kedua disebut Falsafah praktikal ( Morewedge, 1973 : 145 )
Seperti juga Aristotle, falsafah teoritikal bertujuan menyempurnakan jiwa (nafs) dengan mengetahui, maknanya “ berlakunya kepercayaan yang diyakini tentang hal-hal wujud” (Ibnu Sina, 1953), tujuaan falsafah pratikal pula bukan sekadar menyempurnakan jiwa dengan pengetahuan teapi menyesesuaikan dengan kehendak pengetahuan itu. Dalam akhlak, misalnya, tidaklah cukup kita mengetahui apakah kebaikan itu, kemudian senyap, tetapi kita harus menyesesuaikan dengan kita ketahui. Oleh itu tujuan falsafah teoritikal adalah kebenaran sedangkan tujuan falsafah pratikal adalah kebaikan.
Kata penilaian tidak pernah digunakan oleh Ibnu Sina , tetapi apakah sebenarnya penilaian itu ?. Ada dua fungsi yang menonjol dalam penilaian ini. Pertama sebagai suatu peneguhan terhadap suatu tingkah laku yang ingin dikekalkan. Misalnya kalau seorang kanak-kanak belajar bahasa, maka apabila jawapanya betul haruslah diberi ganjaran, seperti markah yang tinggi, atau boleh sekedar puji-pujian sahaja. Pokoknya kanak-kanak itu akan merasa senang setelah memberi jawapan itu dan seterusnya akan berbuat demikian pada masa akan datang dalam suasana yang sama.Sebagai alat menapis calon-calon yang ingin mendapat tempat yang tertentu dalam peperiksaan, misalnya. Dengan kata lain penilaian digunakan sebagai alat untuk menentukan sama da tujuan pendidikan dicapai atau tidak. Klau kita gunakan ujian memendu kereta, maka kita menilai sama ada pengetahuan amnya tyentang aturan-aturan lalu lintas telah dihafaz dan segala amalan memandu kereta telah dapat dilaksanakan atau belum. Kalau ia lulus semuanya, teori dan praktik, mak ia diberi lesen memandu kereta jenis tertentu, misalnya jenis D.
Dalam karangan –karangan Ibnu Sina adakah kita menemui beliau menggunakan kata-kata atau konsep-konsep yang mengandung kedua maksud di atas itu ? jawabannya “ ya” ada, walaupun tidak persis seperti yang digambarkan itu.Tentang penilaian sebagai peneguhan, dalam karangan-karangan yang bersangkutan dengan falsafah pratikal, beliau selalu bicara tentang kebahagian sama ada di dunia atau di akhirat, kebahgian itu berlaku pada peringkat diri ( akhlak, keluaraga, masyarakat ataupun umat manusia seluruhnya ( Ilmu Nabi ) dan juga selepas jiwa berpisah daripada badan pada hari ma’ad. Dengan kata lain ada peringkat-pringkat kebahagian itu, yang bermula pada jinjang pertama mendorong ke jinjang kedua, selanjutnya ke jinjang berikutnya dan begitulah seterusnya sehingga puncak kebahagiaan abadi yang di tujunya ( Ibnu Sina,1908 : 150 ). Sudah tentu tentu peringkat-peringkat yang di gambarkan disini merupakan peneguhan untuk mendorong seseorang pengejar kepada peringkat selanjutnya. Dalam pendidikan moden pun penilaian sebagai peneguhan berfungsi serupa itu, misalnya kelulusan pada sekolah rendah mendorong untuk melanjutkan pelajaran ke sekolah menengah dan lulus di sekolah menengah mendoriong untuk melanjutkan pelajaran ke universiti dan begitulah seterusnya.Sebagai alat untuk menyaring, penilaian juga sangat berguna. Ibnu Sina juga menggunakan kroteria ini untuk membahagikan ilmu kepada ilmu terbuka ( masyhur) untuk orang bayak, dan ilmu tertutup ( mastur) untuk orang-arang Khas, seperti sebahagian karangannya yang terakhir yang berkenaan falsafah Isragiyah ( Illumination phiosophy). Penggunaan penilaian mengikut pengertian iniu banyak didapai dalam bukunya berjudul al-siyasah terutanma berkenaan cara membimbing kanak-kanak. Tentang cara memilih pekerjaan pula Ibnu Sina berkata bahawa sekadar mengikut kemahuan si anak, tetapi haruslah sesuai dengan bakat dan tabiatnya ( Ibnu Sina, 911), kerana perbezaan manusia dalam memilih ilmu dan pekerjaan : “ ada sebab-sebab yang kabur dan faktor yang tersembunyi yang sukar difahami oleh manusia dan susah diukur dan dimengerti (Ibnu Sina, 1911 : 14 ).Barangkali yang disebut oleh Ibnu Sina iaitu sebab-sebab yang kabur dan faktor-faktor yang tersembunyi boleh dikembalikan kepada faktor-faktor psikologi, yang sekarang terkenal dengan nama bakat-bakat (apptitude) dan kebolehan (abilities) dengan istilah yang digunakan oleh p[sikologi moden. Dari di\sini difahami bahawa Ibnu sina memberi perhatian pada faktor-faktor psikologi, seperti bakat dan kebolehan, sebagai alat yang sangat berguna.
Ibnu Sina membahagikan falsafah teoritikal kepada tiga bahagian ilmu mengikut darjat penglibatan tajuk-tajuknya dengan materi dan gerakan atau kebebasannya daripada gerakan dan materi itu. Ilmu itu adalah ;1. Ilmu tabii, yang dipanggilnya yang paling bawah.2. Ilmu matematik, yang dipanggilnya ilmu pertengahan.3. Ilmu ketuhanan, yang dipanggilnya ilmu paling tinggi, iaitu mengikut darjatkebebasan daripada materi ( Ibnu sina 1908)
Pembahagian serupa ini juga kita dapati pada Aristotle, Tetapi Ibnu Sina memperluasnya dengan menambahkan pelbagai cabang bagi setiap ilmu tersebut, selain yang kita saksikan pada Aristotle, Ibnu Sina misalnya, menambahkan ilmu-ilmu berikut kepada ilmu tabii : perubatan , astrologi, ilmu firasat, ilmu sihir ( tilsam) ilmu tafsir mimpi., ilmu kimia. Aristotle hanya membahagikan kepada materi dan bentuk, gerakan dan perubahan, wujud dan kehancuran, tumbuh-tumbuhan dan haiwan dan jiwa. Ilmu matematik pula ditambahkannya cabang-cabang ilmu berikut : ruang, bayang begerak, memikul berat, timbangan, pandangan dan cermin, dan memindah air (Ibnu Sina, 1908 : 110-111). Terhadap ilmu ketuhanan ( ilahiyat) ditambahkannya cabang-cabang berikut : cara turunnya wahyu, jauhar rohani yang membawa wahyu, cara wahyu turun sehingga dapat didengar dan dilihat, mukjizat, khabar ghaib, ilham bagi orang-orang takwa yang menyerupai wahyu, dan keramat yang menyerupai wahyu.Juga dibicarakan ialah roh amin dan roh quds. Roh amin termasuk dalam peringkat kedua jauhar rohani, sedangkan roh quds termasuk dalam dalam jauhar rohani peringkat pertama, yakni dari peringkat Malaikat ( Ibnu Sina, 1908 :114 ).
Falsafah pratikal juga terbahagi kepada tiga bahagian ilmu iaitu :1. Ilmu akhlak, yang mengkaji tentang cara-cara pengurusan tingkah laku se -seorang manusia atau kesucian dirinya.2. Ilmu pengurusan rumah tangga, yankni mengkaji tentang hubungan antaralelaki dan isterinya, ank-anaknya dan pembantu-pembantunya, masalah pe-ngaturan rezeki dan kehidupan keluarga.3. Ilmu politik, yang mengkaji tentang hubungan-hubungan awam dalamsuatu bandar, hubungan di antara pelbagai bandar, dan hubungan pelbagainegara, politik, kepimpinan dan masyrakat yang luhur dan hina.
Dan antara hasil penulisan beliau lagi termasuklah kumpulah risalah yang berjudul Tis Rasa’il yang mengandungi berbagai-bagai tajuk dalam berbagai-bagai bidang ilmu . Rasa’il Ibnu Sina yang mengandungi hasil sastera kreatif beliau, dan risalah-risalah lain lagi tentang berbagai-bagai bidang ilmu, termasuklah ilmu logik antara pendapat beliau termasuklah ilmu logik, sebagai pengantar bagi falsafah, hanya diperlukan oleh mereka yang tidak mempunyai kebolehan berfikir dengan betul secara semula ajdi, sebaliknya bagi orang-orang yang memiliki kemampuan semula jadi tersebut, ilmu logik tidak diperlukan. Bandingannya ialah seperti ilmu tatabahasa yang tidak diperlukan oleh individu yang secara semula jadi, bijak berbahasa.Berkenaan matematika, Ibnu Sina berpendapat, ilmu tersebut boleh digunakan untuk mengenal Tuhan, Demikian juga ahli-ahli falsafah Yunani, beliau mempercayai bahawa setiap tubuh terdiri daripada empat unsur iaitu : tanah, air, api dan angin, walau bagaimanapun, beliau berpendapat campuran unsur-unsur ini yang berupa lembab, panas, sejuk, sentiasa bergantung pada unsur yang lain dalam alam nyata.
4. SISTEM DAN FALSAFAH PENDIDIKAN.
Sebelum kita berbincang tentang sistem dan falsafah pendidikan, Ibnu Sina menerangkan tujuan dari pendidikan yang memiliki tiga fungsi yang kesemuanya bersifat normatif. Pertama, tujuan itu menentukan haluan bagi proses pendidikan. Kedua, tujuan itu bukan hanya menentukan haluan yang dituju tetapi juga sekaligus memberinya rangsangan. Tujuannya adalah nilai, dan jika dipandang bernilai, dan jika diingini, tentulah akan mendorong pelajar mengeluarkan tenaga yang diperlukan untuk mencapainya. Dan akhir sekali, tujuan itu mempunyai fungsi untuk menjadi kriteria dalam meniulai proses pendidikan., tujuan sebagai alat untuk menentukan haluan pendidikan dapat dilihat dalam tiga perangkat, iaitu tujuan khas ( obyectives), tujuan am (goals) dan tujuan akhir (aims). Apabila digunakan dalam kurikulum maka tiga peringkat tujuan ini masing-masing membincangkan aspek tertentu tujuan itu, misalnya tujuan pelajaran kimia sebagai berikut :-1- Murid-murid akan menguasai pribsip-prisip ilmu kimia ( tujuan khas)-2- Murid-murid akan sanggup berfikir secara kritis ( tujuan am )-3- Murid-murid akan mencapai perwujudan kendiri ( tujuan akhir )
Kalau dilanjutkan lagi, maka akan berkaitan dengan tujuan hidup manusia yang kerapkali lebih tepat disebut sebagai tujuan terakhir ( Ultimate aims)Dalam sistem dan falsafah pendidikan Ibnu Sina terdapat berapa bahagian yang sangat penting
4.1.Yang utama sekali.
Ibnu Sina meletak tanggung jawab besar di bahu ibubapa untuk menyempurnakan anak-anak, sebagai contoh : unsur pemilihan nama bagi anak-anak kerena ada faedah dan inplikasi tertentu tehadap pemilihan nama ini.
4.2. Pendidikan Akhlak.
Bilalah proses pendidikan bermula ? Ibnu Sina menegaskan Pendidikan selepas sahaja kanak kanak itu tamat penyusuannya ( al-rodo’at), dan tahap awal ini pendidiakan bermula dengan akhlak. Ibnu Sina menggunakan istilah Ta’dib bagi menjelaskan kepentingan pendidikan akhlak yang bersifat definsif iaitu sebelum kanak-kanak ini berhadapan dengan tingkahlaku yang tidak baik dan kecenderungan yang buruk ( al-akhlak al-laimah ). Ini sesudah tentu dalam kontek pergaulan dengan rakan sebaya dan lain-lain. Alasan Ibnu Sina dalam kontek ini ialah biasanya kanak-kanak itu cepat boleh terpengaruh dengan bentuk-bentuk akhlak yang buruk atau tabiat yang tidak baik. Mereka juga katanya belum tahu tentang nilai dan perbezaan baik-buruk dan belum tahu untuk mengelak darinya. Justeru itu adalah lebih berfaedah kepada mereka sendiri supaya senantiasa berjauhan dari bentuk-bentuk berkenaan. Inilah pendekatan definsif yang ditekankan oleh Ibnu Sina pada tahap awal ini.
Dalam akhlak, Ibnu Sina berpendapat bahawa sesipa yang akan membimbing orang lain, haruslah terlebih dahulu dapat membimbing dirinya sendiri, kerana dirinya itulah yang terdekat kepadanya, paling mulia dan paling perlu mendapat perhatian. Malah mengendalikan diri itu lebih susah dari mana-mana bimbingan. Sehingga sesiapa yang sanggup mengendalikan dirinya dengan sebaik-baiknya, tidak akan susah mengatur suatu bandar, malah suatu negara ( al-Ardh, 1976 : 337 ). Keluhuran ( fadhilah) dan keburukan (razila ),itu banyak, tetapi itu dapat di bahagikan, mengikut kekuatan jiwa yang tiga, iaitu syahwat, ghadhab ( marah ) dan akal. Itulah tiga kehinaan ( razilah) . Tetapi di atas tiga macam keluruhan ini, terdapat keluruhan yang disebut keadilan, iaitu yang menghimpunkan segala macam keluruhan itu, ketika melengkapkan setiap kumpulan itu dengan cabang-cabngnya sebagai unsur yang membentuknya (Ibnu Sina, 1908 : 152). Misalnya suci diri (iffah), pemurah (Sakha’)danberpuas diri ( qana’ah), yang termasuk dalam keluruhan syahwat. Manakala keluruhan ghadab adalah keberanian (syaja’ah), kesabaran (sabr), penyayang (hilm) dan lapang dada ( rahh al baa). Keluruhan akal ( al-Quwah al- Natiqah ) adalah bijaksana ( hikmat ) bay an, cerdik ( fathonah ), keaslian (asalah al ray ) , tegas ( hazm ), kebenaran (sidq), setia (wafa), pengasih (rahmah), malu (haya), keras kemahuan (izamul himmah), memilhara janji (husnul asd walmu hafazah) dan merendah diri (tawadu’). Dan induk segala keluruhan ini adalah keadilan adalah ) yang mengikut Ibnu Sina adalah kesimbangan semua keluruhan itu sehingga yang satu tidak melebihi orang lain. Oleh itu keadilan sebenarnya tidak lain daripada jiwa yang mengetengahkan pelbagai akhlak yang bertentangan, syahwat yang berlebihan dan berkurangan, ghadab dan tiada ghadab sama sekali, dan menjurus hidup dan tidak mengurus sama sekali ( Ibnu Sina, 1908 : 149 ). Manakala kebaikan daripada semua itu disebut kehinaan (razilah ) dan benruknya bermacam-macam seperti busuk hati, rendah cita-cita, tidak menepati janji, kasar cakap, menipu dan takabur.( Ibnu Sina,1908 : 145 )
Bagaimana kita untuk mencapai ta’dib yang berkesan ? Ibnu Sina menerangkan beberapa pendekatan pratikal untuk digunakan . Antaranya ialah dengan menjadikan mereka merasa takut sambil menggalakkan anak itu belajar, memberi semangat, marah, dipuji pada hal-hal yang sesuai. Jika perlu kekerasan . Tujuan pukulan hanyalah untuk merasakan sedikit kesakitan kepada mereka justeru untuk memberikan pengajaran.
4.3. Pengajian Agama dan Kesusteraan.
Apabila kanak-kanak membesar, supaya boleh bercakap dan mendengar dengan baik, maka ia perlu belajar dan menghapal Al-Qur’an, mempelajari huruf alphabet dan agama, puisi, qosidah. Disini ia mesti mula dengan puisi kerana ia lebih senang untuk diingati justeru ia ringkas dan mudah bentuknya. Tujuan pengajian ini ditahap ini Ibnu Sina ialah kerana ingin untuk mendapatkan kebaikan adab (fadlul adab), menyintai ilmu pengetahuan dan elak kebodohan. Isi puisi itu pula hendaklah ada gesaan supaya menghormati ibubapa (Bir al Walidain) mengamalkan tingkah laku yang mulia ( Istina’ al- Ma’ruf) dan memuliakan tetamu ( qira al-daif ) dan lain-lain ciri akhlak mulia (makarim al-akhlak)
Disini Ibnu Sina juga tidak lupa menerangkan kuliti seorang guru yang baik: guru yang bijak dan beragama, sentiasa praktis akhlak yang baik dan ada minat untuk menolong kanak atau pelajar, bersih, amanah, mudah mestra, mempunyai adab, makan-minum, berbicara dan bersosial.
4.4. Pengajian Lanjutan.
Setelah mempelajari Al-Qur’an dan agama serta mengingati asas-asas bahasa, pemerhatian perlu dibuat terhadapnya tentang kursus-kursus yang sesuai dengannya serta masa depannya dan pekerjaannya di hari muka. Minat juga perlu diperhatikan. Jika minat kepada tulisan ( al-kitabah ), ia perlu belajar bahasa, penulisan dan retorika. Ia juga perlu mempelajari mate-matika (al-hisab) dan pengumpulan puisi-puisi. Jika ia minat lain-lain subyek. Ibnu Sina menggesa supaya hal ini diambil kira. Penyesuaian perlu kepada pelajar. Pelajaran kesusasteraan ini pun bukanlah sesuatu yang mudah dan bukan semua boleh belajarnya. Ibnu Sina membayangkan bahawa setiap tahun didapati ada kelebihannya.
4.5. Pengajian Tinggi.
Selanjutnya, Ibnu Sina menerangkan tahap yang lebih tinggi, pelajar boleh ilmu mate-matika (al-hisab), dan lain boleh Kejuruteraan sementara yang lain lagi boleh belajar perubatan (al-tibb) beginilah yang terjadi tiap-tiap tahap hingga sempurna. Subyek-subyek ini menurut Ibnu Sina adalah punca dari skima pendidikannya yang telah dimulakan sejak selepas tamat penyusuan tadi. Setiap tahap umur disesuaikan dengan pelajaran dan ilmu pengetahuan.
Apa yang beliau sarankan itu lebih bersifat rasional, dengan erti untuk semkua lapisan rakyat. Namun katanya ada juga orang-orang yang terpelajar tidak menuruti skima itu. Mereka memilih jalan sendiri dengan melakukan pengorbanan sendiri. Kumpulan ini menurutnya pada akhirnya tidak mampu untuk mencapai apa yang dicita-citakan.
Guru-guru adalah agen penting kemajuan para pelajar, dalam hal ini, guru-guru perlu perhatian tabiat, minat serta kecerdikan pelajar dan sesuikan ilmu yang dipelajari dengan pekerjaan. Ini boleh membantu pelajar menentukan masa depannya, kemudia bolehlah ia betulkan niat dan keazaman kepada alam pekerjaan. Semua usaha-usaha ini boleh membentuk kehidupannya yang berbeza dari sebelumnya, setelah belajar kemudian mendapatkan kerja dan mahir, lalu anak / pelajar perlu menikmati upah atau gaji dan dari itu ia boleh membina kehidupan dan keluarga serta tidak bergantung dan terpisah dari orang-tuanya.
# Ulasan yang dapat pahami tentang skima dan falsafah Ibnu Sina : bahawa pendidikan adalah tanggung jawab nasional, pihak berkuasa perlu membentuk undang-undang supaya ibubapa memberi perhatian yang sebaik-baiknya kepada kanak-kanak, kank-kanak perempuan dan laki-laki mestilah dijuruskan dalam pelajaran yang sesuai dengan jantina mereka . ini dijelaskan oleh Ibnu sina dalam kitab Al –Shifa , namun da;lam sistem pendidikan yang diajukan Ibnu sina ini tidaklah detil kalau dibandingkan dengan Plato dan Aristotle dalam tradisi Greek.
Apakah obyektif pendidikan menurut Ibnu Sina ? berpadukan kepada huraian diatas, kita dapat kenal pasti obyektif yang mahu didapatkan seperti ringkasan iaitu :1.Pendidikan Akhlak.2.Pendidikan Agama.3.Penekanan terhadap kecintaan terhadap ilmu dan hikmah.4.Pendidikan dan perkembangan Intelek.
Obyektif akhir di atas sesuai dinisbahkan sebagai pelajaran di tahap ijazah pertama yang dapat membawa pelajar ke alam pekerjaan. Dan usia mereka ditahap ini menurut Ibnu Sina ialah lapan belas tahun. Sepanjang skima ini didapati Ibnu Sina telah mengenepikan pendidikan jasmani. Kecendrungan ini memperlihatkan sikap Ibnu Sina yang mementingkan akhlak dan pembangunan intelek, bukan fizikal. Pilihan yang akhir ini hanya sesuai untuk kumpulan “gurdian”. Ibnu Sina mahukan kesempurnaan dalam kehidupan yang boleh membawa manusia kepada kebahagian (al-sa’adah). Untuk tujuan ini penyucian jiwa melalui pembinaan akhlak dan intelek yang baik sangat diperlukan sebab itulah Ibnu sina memberi fokus kepada akhlak dan intelek. Dari tahap awal lagi Ibnu Sina telah memberi tumpuan khusus kepada akhjlak dimana ibubapa dan keluarga adalah gurtu serta sekolah yang pertama. Ini juga memberi makna bahawa para ibubapa bertanggungjawab membuktikan amalan nilai-nilai akhlak yang mulia, anak-anak dapat meniru terus-menerus bentuk-bentuk akhlak tersebut. Kemudian dituruti oleh pengajian al-Qur’an dan agama serta kecintaan terhadap ilmu yang diwakilkan oleh bidang kesusasteraan. Akhlak, al-Qur’an, agama serta cinta ilmu menduduki peringkat atas dalam pembentukan insan yang baik. Sesungguhnya bidang-bidang ini tidak boleh dipisahkan. Dalam hal ini Dr.Yusof Qardhawi memetik Mahatma Gandhi sebgai berkata :
Sesungguhnya agama dan budi pekerti keduanya bersatu, tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keduanya tidak boleh bercerai dan tidak dapat dibahagi-bahagikan. Agama menjadi jiwa bagi budi pekerti dan budi pekerti menjadi udara bagi jiwa. Dengan perkataan lain, agama memberi makanan kepada budi pekerti, menumbuhkan dan menyuburkannya, sebagaimana air memberi makan kepada tanam-tanaman menumbuhkan dan menyuburkannya.
Ibnu Sina kelihatan mahu menjelaskan bahawa pembentukan “Kekuatan dalam diri atau daya tahan” perlu dimulakan sejak awal lagi sebelum “ rebung bertukar menjadi buluh”. Unsur defensif ini akan bertindak menjaga dan mengawal individu pabila berhadapan dengan dengan anika pengaruh. Selain faedah dari segi akhlak, skima ini juga telah meletakan bahawa batu asas ilmu pengetahuan dan pendidikan itu boleh mempelajari matematik, kejuruteraan, perubatan dan sebaginya.
5. INSTITUSI KELUARGA.
Dari segi penulisan kitab as-siyasah bukanlah sebuah hasil karya falsafah yang benar dan berpengaruh seperti al-syifa’ al-Isharat wa al-tanbihat dan lain-lain. Kitab ini karangan Ibnu Sina, yang mengemukakan suatu analisa umum tentang teori-teori yang menyangkut pengurusan rumah tangga, dalam huraian tersebut Ibnu Sina menekankan fungsi “Master” atau tuan rumah yakni suami yang memiliki tanggung jawab menyeluruh dan wanita sebagai istri adalah “rakan kongsi hidup sejati” bagi suami.Dan istri menghadapi peranan yang bertambah apabila suami bertugas di luar ialah menjaga dan mengurus harta dan rumah tangga serta menyempurnakan pendidikan anak-anak.serta mengatur pendapatan keluarga, cara membelanjakannya.
Ahli-ahli filsafat Islam seperti al-farabi dan Ibnu Sina memandang sangat penting institusi keluarga. Kepada mereka perkahwinan itu sendiri adalah tiang atau ‘platform’ yang utuh kearah pembentukan masyarakatdan bandar. Justeru itu Ibnu Sina dalam bahagian akhir kitabnya “al-Syifa menekannkan betapa perlunya pentadbir negara menerangkan undang-undang perkahwinan. Perkahwinan boleh membawa kepada penerusan generasi, justeru itu ia perlu diurus di bawah penentuan undang-undang negara. Untuk mengelak lahirnya gejala-gejala yang kurang sihat dalam masyarakat, maka Ibnu Sina merakamkan bahawa semua upacara dalam perkahwinan itu mestilah mengikut norma-norma agama. Kaum wanita mestilah dijaga dan diawasi, baik pakaiannya atau pun keselamatannya. Disini juga ada dijelaskan bahawa ibubapa mestilah memberikan pendidikan yang sempurna kepada anak-anak. Anak-anak perempuan hendaklah dijuruskan dalam bidang-bidang yang sesuai dengan”nature” mereka ( fi ma yakhussuha ) sementara lelaki dibidang-bidang untuk mencari nafkah hidup (ai-nafaqa) .
Menurut Ibnu Sina dalam pelaksanaan pendidikan disini tidak terhad kepada perancancangan (planing) dan pelaksanaan (Implementation), tetapi juga lebih luas daripada itu. Perlaksaan berkait rapat dan takrif ilmu , yang pembahagiannya kepada ilmu teoritikal dan ilmu pratikal, takrif ilmu pratikal menurut Ibnu sina adalah pengetahuan terhadap perkara-perkara yang wujudnya bergantung pada perbuatan dan kemahuan kita, seperti akhlak, politik, keluarga, syariat. Tujuan ilmu ini adalah kebaikan, sedangkan tujuan ilmu teorikal adalah kebenaran. Oleh itu ilmu yang dikaitkan dengan amalan dan kemahuan kita disebut ilmu pratikal , dan itulah yang kita maksudkan dengan pelaksanaan, seperti yang kita lihat, pelaksanaan memang melibatkan perancangan, pentadbiran, pengajaran, kaedah dan aspek-aspek lain yang boleh disebut sebagai pelaksaan itu. Falsafah pratikal ini menurut Ibnu Sina, terbhagi empat bahagian ilmu iaitu : akhlak, pengurusan bandar, pengurusan keluarga dan ilmu Nabi.
Ada buku khas tentang akhlak yang berjudul al-akhlaq ( Al-Ardh 1967 : 337 ). Pengurusan Bandar (politik) dan pengurusan rumah tangga dihuraikan dalam buku berjudul al-siyasah ( Ibnu Sina, 1911 :303) yang terkenal itu. Manakala ilmu Nabi dihuraikan dalam buku berjudul itbbat al-Nubuwah ( Ibnu Sina, 1968 ) dan telah dicetak dalam sembilan surat ( Its’ rasai l) ( Ibnu Sina, 1908 : 394) dan juga dalam kitab al-najat ( The Book of Deliverance) yang sebenarnya merupakan ringkasan dari pada kitab berjudul al-Syifa. (Ibnu sina,1938 )Setelah kita berbincang panjang lebar tentang Ibnu Sina, timbulah pertanyaan berikut : di manakah letaknya Ibnu Sina di antara filsuf-filsuf pengetahuan ( philosophers of epitemology ) seperti yang dikenal oleh pakar pendidikan belakangan ini. Pakar-pakar pendidikan, terutama pakar-pakar kurikulum, biasanya menjeniskan falsafah pengetahuan ( epistemology) ini kepada tiga kategori besar mengikut punca pengetahuan.
Ilmu
Tidak kekal Kekal abadi ( hikmat )
Sebagai Tujuan Sebagai alt : Logik
Teoritikal Pratikal• Ilmu Tabii *Ilmu akhlak
• Ilmu Matematik *Ilmu Pengurusan Rumah
• Ilmu Metafizik ( ketuhanan) *Ilmu Pengurusan Bandar
• Ilmu Kully ( Universal ) *Ilmu Nabi ( Syariat)
Rajah : 3 1 Klasifikasi Ilmu menurut Ibnu SinaSumber Al-Ardh ( 1967 )
I. Falsafah-falsafah di balik alam ( other-worldly philosophies ) yang terbahagiKepada dua golongan besar iaitu falsafah yang berasal daripada agama dan falsafah yang berasal dari Athena kuno. Kedua-duanya mempengaruhi pendidikan barat.
2. Falsafah-falsafah berpusatkan bumi (Earth-centered philosophies) yang juga terbahagi kepada dua golongan besar, iaitu falsafah-falsafah yang beranggapan bahawa alam jagat ini diam tidak bergerak ( static universe) dan falsafah yang berpendapat bahawa alam jagat ini selalu bergerak dan tidak tetap. Falsafah-falsafah alam jagat ini selalu bergerak dan tidak tetap. Falsafah-falsafah berpusatkan bumi ini walaupun sudah agak tua, iaitu semenjak zaman Aristotle tetapi dalam zaman pertengahan di Eropah, falsafah-falsafah tidak mendapat tempat malah banyak mendapat pengaruh di dunia Islam seperti kita lihat pada Ibnu Sina. , pada zaman pembaharuan di eropah barulah falsafah-falsafah ini mendapat pengaruh dan mendorong kebangkitan sains dan membawa revolusi saintifik.
5. Falsafah-falsafah berpusatjkan manusia ( mancenterd philosophies) yang baru saja muncul, iaitu pada hujung abad ke –19 bermula dengan mazhab pragmatisme oleh dua orang filsuf Amerika, iaitu Charles S. Pierce (1839-1914) dan William James (1842-1910). Sumber lain adalah mazhab existensialisme yang dipelopori oleh filsuf Denmark Soren Kirkgard (1813-1855). Paragmatisme dan Existennsialime banyak mempengaruhi pendidikan di barat sejak kebelakangan ini.
Sekali imbas Ibnu Sina adalah filsuf berpusatkan bumi kerana beliau pengikut aristotle, tetapi apabila dikaji dengan lebih mendalam, Ibnu Sina bukan hanya mengikut kepada Aristotle, tetapi menambahkan pelbagai cabang ilmu pengetahuan kepada tiga bahagian ilmu dalam falsafah teoritikal, dan falsafah pratikal, malah dalam falsafah teoritikal itu diciptakannya suatu bahagian barru sehingga menjadi empat, iaitu ilmu Kulli, begitu juga falsafah pratikal diberinya satu bahagian baru, iaitu ilmu Nabi, disebut juga namus atau syariah. Tambahan-tambahan itu berdasar pada pengalamannya sendiri, kerana Beliau sangat sedar akan konsepsi Islam tentang hubungan Tuhan dan alam semesta dan selalu berusaha membuktikan bahawa yang dicipta ini bergantung kepada pencipta, oleh itu Beliau tetap setia kepada prinsip yang menjadi dasar pandangan Islam (Nasr, 1969 : 311).
Tentang ilmu Nabi, Ibnu Sina menyatakan bahawa setiap masyarakat memerlukan peraturan dan keadilan. Peraturan itu adalah sejuml;ah cara yang harus diikutui dalam muamalat, manakala keadilan menyeimbangkan di antara cara itu sehingga yang satu tidak melebihi yangb lain. Ini bermakna bahawa harus ada seseorang yang membuat aturan dan menjalankannya dan harus ada pencipta keadilan yang menciptakan keadilanitu, malah haruslah orang yang semacam ini sanggup memerintah manusia dan mewajibkjan mereka mengikuti undang-0undang yang dibawanya. Di samping itu ia haruslah seorang seperti manusia seperti mereka. Malah orang seperti ini sanggup memerintah dan mewajibkanmereka mengikuti undang-undang yang dibawanya, selain dakwah yang bertujuan memberi petunjuk dan kefahaman, haruslah ia membuat dakwah yang bertujuan mengajar manusia mendirikan amal ibadat, seperti sembahyang, puasa, jihad, haji dan sebagainya.Dalam usahanya mengajar manusia mengerjakan ibadat ini, haruslah Nabi mengingatkan mereka bahawa amalan-amalan seperti ini akan
mendekatkan merekan dengan Allah dan membawa kebaikan dan keuntungan bagi mereka ( Ibnu Sina, 1938 : 306 )
Dengan demikian Ibnu Sina sekaligus adalah Filsuf di sebalik alam dan filsuf berpusatkan bumi, atau boleh orang berkata Ibnu Sina adalah pengikut Aristotle dan neo-palatonism sekaligus, atau beliu berusaha mendamaikan pendapat kedua-dua orang filsuf Yunani itu, Plato dan muridnya Aristotle, itu satu pendapat lain adalah Aristotle dan Plato yang tidak bertentangan dengan Islam, sehingga muncullah mazhab Ibnu Sina yang berdiri sendiri, yang tidak dapat dikatakan Aristotle atau Platonisme, tetapi lebih tepat disebut’ Ibn Sinaisme’.
Daripada segi lain pula, tulisan-tulisanya mengenai akhlak dan politik (siasah) memberi kesan seakan-akan , Beliau seorang filsuf berpusatkan manusia ( man- centered philosopher). Seperti kita lihat di pengurusan bandar dan pengurusan keluarga. Mengenai akhlak ini dikaitkannya dengan jiwa ( nafs ) dalam konteks dirinya sendiri dan jiwa dalam konteksorang lain. Jiwa dalam konteks orang lain adalah sivik, semuanya berkaitan manusia, baik sebagai perseorangan mahupun sebagai masyarakat. Tetapi semua ini tidak lepas daripada hubungan syariat, salah satu cabang ilmu pratikal yang hanya ada pada Ibnu sina dan tidak ada pada Aristotle. Ini yang mengaitkannya dengan sistem falsafah di sebalik alam (earth-woridly philosophy) dan juga falsafah berpusatkan bumi ( earth-centered philosophy) kerana syariat pun mengatur hubungan manusia dengan persikitarannya.
6. KESIMPULAN.
Tulisan ini telah berusaha meninjau karya-karya Ibnu Sina dari sistem pendidikan dan filsafat, yang difahami kepada dua kategori besar : Falsafah pratikal dan teoritikal, karyanya dalam falsafah teoritikal menempatkan beliau sebgai filsuf Pendidikan yang tidak ada taranya dalam sejarah pendidikan.
Dan tepat jika idea-idea Ibnu Sina dalam pendidikan dfijeniskan kategori-kategori beikut :1. Tujuan-tujuan (aims) dalam pendidikan .2. Pengetahuan ( knowledge) dalam pendidikan.3. Perlaksanaan ( practice ) termasuklah disini kaedah ( methology ), institusi, pembiayaan dan hubungan dengan aspek-aspek lain dalam kehidupan politik, ekonomi dan lain-lain.4. Penilaian iaitu kriteria yang digunakan untuk mengetahui tercapai atau tidak tujuan-tujuan pendidikan.
Ada empat kawasan utama dalam pendidikan menurut Ibnu Sina yangmempunyai pengaruh besar ialah :1.falsafah pendidioan yang berkaitan dengan tujuan dan matlamatpendidikan.2.teori-teori pengetahuan (epistemology)3.pelaksanaan yang mengandungi perkaedahan, institusi, pentadbiran danlain-lain4.Penilaian.
Juga asas dan tujuan utama pendidikan menurut Ibnu Sina ialah memanusiakan manusia maksudnya manusia sentiasa ada potensi untuk membuat kemajuan bagi diri sendiri baik kalau dihalusi kepasa aspek-aspek yang lebih detil, obyektif pendidikan bermatlamatkan untuk mencapai dan memajukan pelbagai aktifiti, sekoah ataui universiti kita: Persepsi, memori, imaginasi, rasional kemahuan atau rohani, intelektual, walaupun Ibnu Sina kurang memberikan tumpuan dalam kemajuan jasmani justeru perhatiannya lebih dalam perbagai rasional, memori, kemahiran, intelektual, persepsi, rohani dan lain imaginasi. Setengah -setengah tulisan zaman moden tentang pendidikan seperti John P.Wynne dalam bukunya Theories of Education menerangkan bahawa kemajuan-kemajuan fizikal boleh menjadi penghalang kepada pembangunan mental ; sama seperti penekanan Ibnu Sina diatas :
“Pysical development is typically neglected andphysicalActivityi is considerd an obstacle to mental development either to be eliminated insofar as possible, or to be tolerated as a necessary relief rather then encouraged for its own sake”.
Mungkin hal ini ada kebenarannya. Oleh itu unsur “ pysical development” ini boleh dicapai dengan hanya berasaskan kepada kegiatan-kegiatan seperti sukan dan riadah sahaja, bukan disusun bersama dalam suatu sistem pendidikan yang ‘standard’.
Dan konsep penilaian yang digunakan adalah luas dan menyeluruh, menyangkut dunia dan akhirat, kerana kriteria yang digunakan adalah kebahagian sebagai peneguhan dan kebahagiaan hanya bernakna kalau dikaitkan dengan kebahagiaan akhirat sebagai tujuan akhir.
Rujukan
1. Ali Mahdi Khan, the Elements of Islamic philosophy, Lahore : S.H. Muhammad Ashraf, 1973, p.61., lihat juga L.E. Goodman Avicenna, Routledge, London and New York, “ Preface”.
2. Amir A. Rahman, Pengantar Tamadun Islam, Kuala Lumpur, 1990.
3. Erwin I.J. Rosenthal, Political Thought in Medieval Islam : An Introductory Outline, Cambridge h.p., 1968, 142.4.
5. Ali Mahdi Khan, The Elements of Islamic Philososphy, 61.
6. Hasan langgulung, Pendidikan Islam dan peralihan paradigma, Kualu lumpur,1995.7. Mahmood Zuhdi AB. Majid, Sarjana-sarjana kesarjanaan sains Islam,Kula lumpur ,2000.48-51
8. William E.Gohlman, The Life of Ibnu Sina, 19.* Makalah ditulis dalam bahasa malaysia
Tags: Ibnu Sinapendidikansistem pendidikan
One Response
Pada zaman kebangkitan Islam dalam melengkapkan diri dengan ilmu pengetahuan rata-rata para sarjana Islam, ilmu tidak berasa cukup dengan hanya satu cabang ilmu sahaja malahan sebaliknya, mereka sedaya mungkin cuba menguasai kebanyakan bidang ilmu yang ada pada waktu itu, kecenderungan ini boleh dikatakan sebagai hasil daripada dasar dan pandangan Islam sendiri terhadap ilmu.Sebagaimana dimaklumi, Islam mempunyai pandangan yang komprehensif terhadap hidup, hasilnya ilmu pada pandangan Islam, bersifat bersepadu, dan sebaik-baik ulama ialah orang yang dapat menguasai sebanyak mungkin cabang-cabang ilmu tersebut. Antara orang yang paling berjaya dalam menguasai cabang-cabang ilmu yang banyak ini termasuklah Ibnu Sina , beliau bukan sahaja merupakan seorang ahli perubatan kelas pertama tapi juga ahli sains dan falsafah, di samping itu Ibnu Sina juga merupakan ahli politik yang lincah dan ahli kemasyarakatan yang berkaliber. Dan dikenali di Eropah sebagai Avienna “ was greatest Muslim thinker and the last of the Muslim philoshopher in the East.
2. BIOGRAFI IBNU SINA.
Nama penuh beliau ialah Abu Ali al-Husain Ibn Abdullah Ibnu Sina, yang lahir pada tahun 980 M / 370 H di sebuah kampung bernama Afsahan, di daerah Kahrmisan Bukhara, yang merupakan seorang anak yang bertuah pada masa kecilnya kerana dapat hidup dalam sebuah keluarga yang kaya raya, di Bukharalah juga beliau menumpukan dalam bidang bahasa dan sastera dan hidupnya diabadikan dalam dunia ilmu pengetahuan.
sejak kecil mempelajari ilmu, seperti : Filsafah, geometri, ilmu hisab, feqih, logik, perubatan dll. Beliau langsung dibimbing oleh bapaknya sendiri, yang bernama Abdullah.dan lain-lain guru yang dipilih oleh keluarganya sendiri. Bapanya seorang yang ada kecenderungan Isma’iliyyah dari Mesir, juga peminat falsafah kumpulan Ikhwan al-Safa. Dari perbincangan-perbincangan akademik yang keluarga adakan saban hari Ibnu sina mula beri perhatian terhadap falsafah dan segala bidangnya. Dari mereka, ia melaporkan “ I was well as my brother, heard the account of the soul and the intellect in the special manner in which they speak about it and know it. Sometimes they used to discuss this among themselves while I was listening to them and understanding what they were saying, but my soul would not accept it, and so they began appeling to me to do it ( meant to accept the Ismaili doctrines ). Kemudian bermula dari itu, tetamu-tetamu dari Egypt aliran Ismailiyyah yang datang ke Bukhara, telah dijemput tinggal dengan keluarganya. Ibnu Sina mengambil kesempatan itu untuk mempelajari beberapa subjek penting seperti “ philosophy, logic, greek and Indian mathematics”. Tetapi tokoh yang banyak berjasa pada Ibnu Sina ialah seorang sarjana falsafah Abu ‘ abdullah al-Natali.
Selepas mencapai kedudukan yang tinggi dalam bidang sastera dan bahasa sewaktu berusia dua puluh tahu, beliau mulai berminat dengan ilmu-ilmu akal, kemudian memulakan pengajian dalam bidang tersebut dengan mempelajari logik, geometri dan buku Almagest daripada Abu Abdullah al-Natali, seorang rakan bapanya.
Dalam bidang perubatan, Ibnu Sina telah mencapai satu tahap pencapaian yang amat tinggi. Walau bagaimanapun, beliau tidak menjadikan sebagai kerjaya untuk mencari rezeki. Sebaliknya, beliau mengajar ilmu tersebut kepada para doktor bagi menambahkan lagi pengetahuan mereka dalam bidang tersebut, pada suatu waktu, apabila beliau berjaya menyembuhkan penyakit yang dihadapi oleh Putera Nuh Ibn Nas al-Samani yang gagal diubati oleh para doktor lain.
Ibnu Sina telah mendapat penghormatan yang besar daripada putera tersebut. Antara lain, beliau telah dibenarkan untuk menggunakan perpustakaan istana yang banyak mempunyai buku-buku yang sukar didapati. Melalui perpustakaan tersebut, beliau kemudiannya memperoleh ilmu yang banyak.
Kemasyhuran dan kepakaran Ibnu Sina dalam ilmu perubatan ini kemudiannya telah melayakkan beliau untuk diberi gelaran Mahaguru Pertama (al-Syaikh al-Ra’is), beliau percaya kepada ketahanan tubuh itu sendiri dalam menolak penyakit, ubat hanya boleh merangsang ketahanan itu. Dengan demikian, beliau berpendapat, tanpa ketahanan yang cukup dalam tubuh, ubat adalah tidak berfaedah.
3. KARYA PENULISAN.
Menghasilkan lebih kurang 276 tulisan dan buku, komentar, risalah dalam berbagai bidang, namun yang terkenal dengan dua buah karyanya ; “ Qanun fi’l-Tibb’ (Undang-undang dalam perubatan) dan al-Shifa’ ( sembuh daripada kesalahan)
Tidak dapat dinafikan bahawa karya Ibnu Sina yang membincangkan panjang lebar tentang falsafah pengetahuan dalam al-syifa. Buku ini dianggap buku yang terpenting dalam falsafah pengetahuan di timur dan di barat. Malah buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin dengan tajuk Sufficientioa yang merupakan “ The Longest encyclopedia of knowlwdge. Ever written by one man ( nasr, 1969).
Ibnu Sina menggunakan dua cara dalam menulis kitab-kitabnya, ada kitab yang ditulisnya untuk orang awam atau sebahagian besar penuntut hikmat, ada kitab orang yang khusus atau untuk dirinya dan orang yang dekat kepadanya. Maknanya beliau tidaklah menyalahi falsafah mashsaiyah peripatetic) yang dikenal orang. Inilah yang klita namakan mazhab yang terkenal. Dalam kitab-kitab lain, Ibnu Sina menyatakan terus terang bahawa ia memasukkan falsafah dalam kitab sebagaimana sebenar tampa segan-segan menentang falsafah yang terkenal di kalangan orang kebanyakan. Beliau berpesan agar hikmat ini disembunyikan kepada orang ramai. Inilah yang disebut mazhab tertutup. Menyembunyikan mazhab soal biasa pada filsuf-filsuf dahulu kala ( Madkour, 1934 ). Socrotes pernah berkata : “ Hikmat adalah benda suci, tidak rosak dan kotor. Jadi tidaklah patut kita menyimpanya kecuali dalam jiwa yang hidup, kita harus membersihkannya dari pada kulit yang mati, dan menjaganya daripada hati yang membangkang” ( Ibn Abi Usaibah, 1965)
Sebelum Ibnu Sina membahagikan hikmat itu, ditentukannya tujuan, iaitu mencari hakikat sesuatu sesuai dengan kesanggupan manusia. Kemudian dibahagikan hikmat itu mengikut benda-benda yang wujud. Sesetengah benda itu wujudnya tidak bergantung pada perbuatan dan kemahuan kita. Contoh bahagian pertama adalah benda-benda di bumi, di langit, bentuk-bentuk geometri, bilangan dan zat Tuhan. Semua benda ini tertakluk wujudnya kepada perbuatan dan kemahuan kita. Tetapi susunsn politik, tingkah laku akhlak dan menciptanya. Kita juga boleh meninggalkannya, begitu juga dengan pelbagai seni dan pertukangan. Oleh itu mengetahui perkara-perkara bahagian pertama, iaitu yang tidak tertakluk wujudnya pada perbuatan dan kemahuan kita disebut Falsafah Teoritikal, manakala bahagian kedua disebut Falsafah praktikal ( Morewedge, 1973 : 145 )
Seperti juga Aristotle, falsafah teoritikal bertujuan menyempurnakan jiwa (nafs) dengan mengetahui, maknanya “ berlakunya kepercayaan yang diyakini tentang hal-hal wujud” (Ibnu Sina, 1953), tujuaan falsafah pratikal pula bukan sekadar menyempurnakan jiwa dengan pengetahuan teapi menyesesuaikan dengan kehendak pengetahuan itu. Dalam akhlak, misalnya, tidaklah cukup kita mengetahui apakah kebaikan itu, kemudian senyap, tetapi kita harus menyesesuaikan dengan kita ketahui. Oleh itu tujuan falsafah teoritikal adalah kebenaran sedangkan tujuan falsafah pratikal adalah kebaikan.
Kata penilaian tidak pernah digunakan oleh Ibnu Sina , tetapi apakah sebenarnya penilaian itu ?. Ada dua fungsi yang menonjol dalam penilaian ini. Pertama sebagai suatu peneguhan terhadap suatu tingkah laku yang ingin dikekalkan. Misalnya kalau seorang kanak-kanak belajar bahasa, maka apabila jawapanya betul haruslah diberi ganjaran, seperti markah yang tinggi, atau boleh sekedar puji-pujian sahaja. Pokoknya kanak-kanak itu akan merasa senang setelah memberi jawapan itu dan seterusnya akan berbuat demikian pada masa akan datang dalam suasana yang sama.Sebagai alat menapis calon-calon yang ingin mendapat tempat yang tertentu dalam peperiksaan, misalnya. Dengan kata lain penilaian digunakan sebagai alat untuk menentukan sama da tujuan pendidikan dicapai atau tidak. Klau kita gunakan ujian memendu kereta, maka kita menilai sama ada pengetahuan amnya tyentang aturan-aturan lalu lintas telah dihafaz dan segala amalan memandu kereta telah dapat dilaksanakan atau belum. Kalau ia lulus semuanya, teori dan praktik, mak ia diberi lesen memandu kereta jenis tertentu, misalnya jenis D.
Dalam karangan –karangan Ibnu Sina adakah kita menemui beliau menggunakan kata-kata atau konsep-konsep yang mengandung kedua maksud di atas itu ? jawabannya “ ya” ada, walaupun tidak persis seperti yang digambarkan itu.Tentang penilaian sebagai peneguhan, dalam karangan-karangan yang bersangkutan dengan falsafah pratikal, beliau selalu bicara tentang kebahagian sama ada di dunia atau di akhirat, kebahgian itu berlaku pada peringkat diri ( akhlak, keluaraga, masyarakat ataupun umat manusia seluruhnya ( Ilmu Nabi ) dan juga selepas jiwa berpisah daripada badan pada hari ma’ad. Dengan kata lain ada peringkat-pringkat kebahagian itu, yang bermula pada jinjang pertama mendorong ke jinjang kedua, selanjutnya ke jinjang berikutnya dan begitulah seterusnya sehingga puncak kebahagiaan abadi yang di tujunya ( Ibnu Sina,1908 : 150 ). Sudah tentu tentu peringkat-peringkat yang di gambarkan disini merupakan peneguhan untuk mendorong seseorang pengejar kepada peringkat selanjutnya. Dalam pendidikan moden pun penilaian sebagai peneguhan berfungsi serupa itu, misalnya kelulusan pada sekolah rendah mendorong untuk melanjutkan pelajaran ke sekolah menengah dan lulus di sekolah menengah mendoriong untuk melanjutkan pelajaran ke universiti dan begitulah seterusnya.Sebagai alat untuk menyaring, penilaian juga sangat berguna. Ibnu Sina juga menggunakan kroteria ini untuk membahagikan ilmu kepada ilmu terbuka ( masyhur) untuk orang bayak, dan ilmu tertutup ( mastur) untuk orang-arang Khas, seperti sebahagian karangannya yang terakhir yang berkenaan falsafah Isragiyah ( Illumination phiosophy). Penggunaan penilaian mengikut pengertian iniu banyak didapai dalam bukunya berjudul al-siyasah terutanma berkenaan cara membimbing kanak-kanak. Tentang cara memilih pekerjaan pula Ibnu Sina berkata bahawa sekadar mengikut kemahuan si anak, tetapi haruslah sesuai dengan bakat dan tabiatnya ( Ibnu Sina, 911), kerana perbezaan manusia dalam memilih ilmu dan pekerjaan : “ ada sebab-sebab yang kabur dan faktor yang tersembunyi yang sukar difahami oleh manusia dan susah diukur dan dimengerti (Ibnu Sina, 1911 : 14 ).Barangkali yang disebut oleh Ibnu Sina iaitu sebab-sebab yang kabur dan faktor-faktor yang tersembunyi boleh dikembalikan kepada faktor-faktor psikologi, yang sekarang terkenal dengan nama bakat-bakat (apptitude) dan kebolehan (abilities) dengan istilah yang digunakan oleh p[sikologi moden. Dari di\sini difahami bahawa Ibnu sina memberi perhatian pada faktor-faktor psikologi, seperti bakat dan kebolehan, sebagai alat yang sangat berguna.
Ibnu Sina membahagikan falsafah teoritikal kepada tiga bahagian ilmu mengikut darjat penglibatan tajuk-tajuknya dengan materi dan gerakan atau kebebasannya daripada gerakan dan materi itu. Ilmu itu adalah ;1. Ilmu tabii, yang dipanggilnya yang paling bawah.2. Ilmu matematik, yang dipanggilnya ilmu pertengahan.3. Ilmu ketuhanan, yang dipanggilnya ilmu paling tinggi, iaitu mengikut darjatkebebasan daripada materi ( Ibnu sina 1908)
Pembahagian serupa ini juga kita dapati pada Aristotle, Tetapi Ibnu Sina memperluasnya dengan menambahkan pelbagai cabang bagi setiap ilmu tersebut, selain yang kita saksikan pada Aristotle, Ibnu Sina misalnya, menambahkan ilmu-ilmu berikut kepada ilmu tabii : perubatan , astrologi, ilmu firasat, ilmu sihir ( tilsam) ilmu tafsir mimpi., ilmu kimia. Aristotle hanya membahagikan kepada materi dan bentuk, gerakan dan perubahan, wujud dan kehancuran, tumbuh-tumbuhan dan haiwan dan jiwa. Ilmu matematik pula ditambahkannya cabang-cabang ilmu berikut : ruang, bayang begerak, memikul berat, timbangan, pandangan dan cermin, dan memindah air (Ibnu Sina, 1908 : 110-111). Terhadap ilmu ketuhanan ( ilahiyat) ditambahkannya cabang-cabang berikut : cara turunnya wahyu, jauhar rohani yang membawa wahyu, cara wahyu turun sehingga dapat didengar dan dilihat, mukjizat, khabar ghaib, ilham bagi orang-orang takwa yang menyerupai wahyu, dan keramat yang menyerupai wahyu.Juga dibicarakan ialah roh amin dan roh quds. Roh amin termasuk dalam peringkat kedua jauhar rohani, sedangkan roh quds termasuk dalam dalam jauhar rohani peringkat pertama, yakni dari peringkat Malaikat ( Ibnu Sina, 1908 :114 ).
Falsafah pratikal juga terbahagi kepada tiga bahagian ilmu iaitu :1. Ilmu akhlak, yang mengkaji tentang cara-cara pengurusan tingkah laku se -seorang manusia atau kesucian dirinya.2. Ilmu pengurusan rumah tangga, yankni mengkaji tentang hubungan antaralelaki dan isterinya, ank-anaknya dan pembantu-pembantunya, masalah pe-ngaturan rezeki dan kehidupan keluarga.3. Ilmu politik, yang mengkaji tentang hubungan-hubungan awam dalamsuatu bandar, hubungan di antara pelbagai bandar, dan hubungan pelbagainegara, politik, kepimpinan dan masyrakat yang luhur dan hina.
Dan antara hasil penulisan beliau lagi termasuklah kumpulah risalah yang berjudul Tis Rasa’il yang mengandungi berbagai-bagai tajuk dalam berbagai-bagai bidang ilmu . Rasa’il Ibnu Sina yang mengandungi hasil sastera kreatif beliau, dan risalah-risalah lain lagi tentang berbagai-bagai bidang ilmu, termasuklah ilmu logik antara pendapat beliau termasuklah ilmu logik, sebagai pengantar bagi falsafah, hanya diperlukan oleh mereka yang tidak mempunyai kebolehan berfikir dengan betul secara semula ajdi, sebaliknya bagi orang-orang yang memiliki kemampuan semula jadi tersebut, ilmu logik tidak diperlukan. Bandingannya ialah seperti ilmu tatabahasa yang tidak diperlukan oleh individu yang secara semula jadi, bijak berbahasa.Berkenaan matematika, Ibnu Sina berpendapat, ilmu tersebut boleh digunakan untuk mengenal Tuhan, Demikian juga ahli-ahli falsafah Yunani, beliau mempercayai bahawa setiap tubuh terdiri daripada empat unsur iaitu : tanah, air, api dan angin, walau bagaimanapun, beliau berpendapat campuran unsur-unsur ini yang berupa lembab, panas, sejuk, sentiasa bergantung pada unsur yang lain dalam alam nyata.
4. SISTEM DAN FALSAFAH PENDIDIKAN.
Sebelum kita berbincang tentang sistem dan falsafah pendidikan, Ibnu Sina menerangkan tujuan dari pendidikan yang memiliki tiga fungsi yang kesemuanya bersifat normatif. Pertama, tujuan itu menentukan haluan bagi proses pendidikan. Kedua, tujuan itu bukan hanya menentukan haluan yang dituju tetapi juga sekaligus memberinya rangsangan. Tujuannya adalah nilai, dan jika dipandang bernilai, dan jika diingini, tentulah akan mendorong pelajar mengeluarkan tenaga yang diperlukan untuk mencapainya. Dan akhir sekali, tujuan itu mempunyai fungsi untuk menjadi kriteria dalam meniulai proses pendidikan., tujuan sebagai alat untuk menentukan haluan pendidikan dapat dilihat dalam tiga perangkat, iaitu tujuan khas ( obyectives), tujuan am (goals) dan tujuan akhir (aims). Apabila digunakan dalam kurikulum maka tiga peringkat tujuan ini masing-masing membincangkan aspek tertentu tujuan itu, misalnya tujuan pelajaran kimia sebagai berikut :-1- Murid-murid akan menguasai pribsip-prisip ilmu kimia ( tujuan khas)-2- Murid-murid akan sanggup berfikir secara kritis ( tujuan am )-3- Murid-murid akan mencapai perwujudan kendiri ( tujuan akhir )
Kalau dilanjutkan lagi, maka akan berkaitan dengan tujuan hidup manusia yang kerapkali lebih tepat disebut sebagai tujuan terakhir ( Ultimate aims)Dalam sistem dan falsafah pendidikan Ibnu Sina terdapat berapa bahagian yang sangat penting
4.1.Yang utama sekali.
Ibnu Sina meletak tanggung jawab besar di bahu ibubapa untuk menyempurnakan anak-anak, sebagai contoh : unsur pemilihan nama bagi anak-anak kerena ada faedah dan inplikasi tertentu tehadap pemilihan nama ini.
4.2. Pendidikan Akhlak.
Bilalah proses pendidikan bermula ? Ibnu Sina menegaskan Pendidikan selepas sahaja kanak kanak itu tamat penyusuannya ( al-rodo’at), dan tahap awal ini pendidiakan bermula dengan akhlak. Ibnu Sina menggunakan istilah Ta’dib bagi menjelaskan kepentingan pendidikan akhlak yang bersifat definsif iaitu sebelum kanak-kanak ini berhadapan dengan tingkahlaku yang tidak baik dan kecenderungan yang buruk ( al-akhlak al-laimah ). Ini sesudah tentu dalam kontek pergaulan dengan rakan sebaya dan lain-lain. Alasan Ibnu Sina dalam kontek ini ialah biasanya kanak-kanak itu cepat boleh terpengaruh dengan bentuk-bentuk akhlak yang buruk atau tabiat yang tidak baik. Mereka juga katanya belum tahu tentang nilai dan perbezaan baik-buruk dan belum tahu untuk mengelak darinya. Justeru itu adalah lebih berfaedah kepada mereka sendiri supaya senantiasa berjauhan dari bentuk-bentuk berkenaan. Inilah pendekatan definsif yang ditekankan oleh Ibnu Sina pada tahap awal ini.
Dalam akhlak, Ibnu Sina berpendapat bahawa sesipa yang akan membimbing orang lain, haruslah terlebih dahulu dapat membimbing dirinya sendiri, kerana dirinya itulah yang terdekat kepadanya, paling mulia dan paling perlu mendapat perhatian. Malah mengendalikan diri itu lebih susah dari mana-mana bimbingan. Sehingga sesiapa yang sanggup mengendalikan dirinya dengan sebaik-baiknya, tidak akan susah mengatur suatu bandar, malah suatu negara ( al-Ardh, 1976 : 337 ). Keluhuran ( fadhilah) dan keburukan (razila ),itu banyak, tetapi itu dapat di bahagikan, mengikut kekuatan jiwa yang tiga, iaitu syahwat, ghadhab ( marah ) dan akal. Itulah tiga kehinaan ( razilah) . Tetapi di atas tiga macam keluruhan ini, terdapat keluruhan yang disebut keadilan, iaitu yang menghimpunkan segala macam keluruhan itu, ketika melengkapkan setiap kumpulan itu dengan cabang-cabngnya sebagai unsur yang membentuknya (Ibnu Sina, 1908 : 152). Misalnya suci diri (iffah), pemurah (Sakha’)danberpuas diri ( qana’ah), yang termasuk dalam keluruhan syahwat. Manakala keluruhan ghadab adalah keberanian (syaja’ah), kesabaran (sabr), penyayang (hilm) dan lapang dada ( rahh al baa). Keluruhan akal ( al-Quwah al- Natiqah ) adalah bijaksana ( hikmat ) bay an, cerdik ( fathonah ), keaslian (asalah al ray ) , tegas ( hazm ), kebenaran (sidq), setia (wafa), pengasih (rahmah), malu (haya), keras kemahuan (izamul himmah), memilhara janji (husnul asd walmu hafazah) dan merendah diri (tawadu’). Dan induk segala keluruhan ini adalah keadilan adalah ) yang mengikut Ibnu Sina adalah kesimbangan semua keluruhan itu sehingga yang satu tidak melebihi orang lain. Oleh itu keadilan sebenarnya tidak lain daripada jiwa yang mengetengahkan pelbagai akhlak yang bertentangan, syahwat yang berlebihan dan berkurangan, ghadab dan tiada ghadab sama sekali, dan menjurus hidup dan tidak mengurus sama sekali ( Ibnu Sina, 1908 : 149 ). Manakala kebaikan daripada semua itu disebut kehinaan (razilah ) dan benruknya bermacam-macam seperti busuk hati, rendah cita-cita, tidak menepati janji, kasar cakap, menipu dan takabur.( Ibnu Sina,1908 : 145 )
Bagaimana kita untuk mencapai ta’dib yang berkesan ? Ibnu Sina menerangkan beberapa pendekatan pratikal untuk digunakan . Antaranya ialah dengan menjadikan mereka merasa takut sambil menggalakkan anak itu belajar, memberi semangat, marah, dipuji pada hal-hal yang sesuai. Jika perlu kekerasan . Tujuan pukulan hanyalah untuk merasakan sedikit kesakitan kepada mereka justeru untuk memberikan pengajaran.
4.3. Pengajian Agama dan Kesusteraan.
Apabila kanak-kanak membesar, supaya boleh bercakap dan mendengar dengan baik, maka ia perlu belajar dan menghapal Al-Qur’an, mempelajari huruf alphabet dan agama, puisi, qosidah. Disini ia mesti mula dengan puisi kerana ia lebih senang untuk diingati justeru ia ringkas dan mudah bentuknya. Tujuan pengajian ini ditahap ini Ibnu Sina ialah kerana ingin untuk mendapatkan kebaikan adab (fadlul adab), menyintai ilmu pengetahuan dan elak kebodohan. Isi puisi itu pula hendaklah ada gesaan supaya menghormati ibubapa (Bir al Walidain) mengamalkan tingkah laku yang mulia ( Istina’ al- Ma’ruf) dan memuliakan tetamu ( qira al-daif ) dan lain-lain ciri akhlak mulia (makarim al-akhlak)
Disini Ibnu Sina juga tidak lupa menerangkan kuliti seorang guru yang baik: guru yang bijak dan beragama, sentiasa praktis akhlak yang baik dan ada minat untuk menolong kanak atau pelajar, bersih, amanah, mudah mestra, mempunyai adab, makan-minum, berbicara dan bersosial.
4.4. Pengajian Lanjutan.
Setelah mempelajari Al-Qur’an dan agama serta mengingati asas-asas bahasa, pemerhatian perlu dibuat terhadapnya tentang kursus-kursus yang sesuai dengannya serta masa depannya dan pekerjaannya di hari muka. Minat juga perlu diperhatikan. Jika minat kepada tulisan ( al-kitabah ), ia perlu belajar bahasa, penulisan dan retorika. Ia juga perlu mempelajari mate-matika (al-hisab) dan pengumpulan puisi-puisi. Jika ia minat lain-lain subyek. Ibnu Sina menggesa supaya hal ini diambil kira. Penyesuaian perlu kepada pelajar. Pelajaran kesusasteraan ini pun bukanlah sesuatu yang mudah dan bukan semua boleh belajarnya. Ibnu Sina membayangkan bahawa setiap tahun didapati ada kelebihannya.
4.5. Pengajian Tinggi.
Selanjutnya, Ibnu Sina menerangkan tahap yang lebih tinggi, pelajar boleh ilmu mate-matika (al-hisab), dan lain boleh Kejuruteraan sementara yang lain lagi boleh belajar perubatan (al-tibb) beginilah yang terjadi tiap-tiap tahap hingga sempurna. Subyek-subyek ini menurut Ibnu Sina adalah punca dari skima pendidikannya yang telah dimulakan sejak selepas tamat penyusuan tadi. Setiap tahap umur disesuaikan dengan pelajaran dan ilmu pengetahuan.
Apa yang beliau sarankan itu lebih bersifat rasional, dengan erti untuk semkua lapisan rakyat. Namun katanya ada juga orang-orang yang terpelajar tidak menuruti skima itu. Mereka memilih jalan sendiri dengan melakukan pengorbanan sendiri. Kumpulan ini menurutnya pada akhirnya tidak mampu untuk mencapai apa yang dicita-citakan.
Guru-guru adalah agen penting kemajuan para pelajar, dalam hal ini, guru-guru perlu perhatian tabiat, minat serta kecerdikan pelajar dan sesuikan ilmu yang dipelajari dengan pekerjaan. Ini boleh membantu pelajar menentukan masa depannya, kemudia bolehlah ia betulkan niat dan keazaman kepada alam pekerjaan. Semua usaha-usaha ini boleh membentuk kehidupannya yang berbeza dari sebelumnya, setelah belajar kemudian mendapatkan kerja dan mahir, lalu anak / pelajar perlu menikmati upah atau gaji dan dari itu ia boleh membina kehidupan dan keluarga serta tidak bergantung dan terpisah dari orang-tuanya.
# Ulasan yang dapat pahami tentang skima dan falsafah Ibnu Sina : bahawa pendidikan adalah tanggung jawab nasional, pihak berkuasa perlu membentuk undang-undang supaya ibubapa memberi perhatian yang sebaik-baiknya kepada kanak-kanak, kank-kanak perempuan dan laki-laki mestilah dijuruskan dalam pelajaran yang sesuai dengan jantina mereka . ini dijelaskan oleh Ibnu sina dalam kitab Al –Shifa , namun da;lam sistem pendidikan yang diajukan Ibnu sina ini tidaklah detil kalau dibandingkan dengan Plato dan Aristotle dalam tradisi Greek.
Apakah obyektif pendidikan menurut Ibnu Sina ? berpadukan kepada huraian diatas, kita dapat kenal pasti obyektif yang mahu didapatkan seperti ringkasan iaitu :1.Pendidikan Akhlak.2.Pendidikan Agama.3.Penekanan terhadap kecintaan terhadap ilmu dan hikmah.4.Pendidikan dan perkembangan Intelek.
Obyektif akhir di atas sesuai dinisbahkan sebagai pelajaran di tahap ijazah pertama yang dapat membawa pelajar ke alam pekerjaan. Dan usia mereka ditahap ini menurut Ibnu Sina ialah lapan belas tahun. Sepanjang skima ini didapati Ibnu Sina telah mengenepikan pendidikan jasmani. Kecendrungan ini memperlihatkan sikap Ibnu Sina yang mementingkan akhlak dan pembangunan intelek, bukan fizikal. Pilihan yang akhir ini hanya sesuai untuk kumpulan “gurdian”. Ibnu Sina mahukan kesempurnaan dalam kehidupan yang boleh membawa manusia kepada kebahagian (al-sa’adah). Untuk tujuan ini penyucian jiwa melalui pembinaan akhlak dan intelek yang baik sangat diperlukan sebab itulah Ibnu sina memberi fokus kepada akhlak dan intelek. Dari tahap awal lagi Ibnu Sina telah memberi tumpuan khusus kepada akhjlak dimana ibubapa dan keluarga adalah gurtu serta sekolah yang pertama. Ini juga memberi makna bahawa para ibubapa bertanggungjawab membuktikan amalan nilai-nilai akhlak yang mulia, anak-anak dapat meniru terus-menerus bentuk-bentuk akhlak tersebut. Kemudian dituruti oleh pengajian al-Qur’an dan agama serta kecintaan terhadap ilmu yang diwakilkan oleh bidang kesusasteraan. Akhlak, al-Qur’an, agama serta cinta ilmu menduduki peringkat atas dalam pembentukan insan yang baik. Sesungguhnya bidang-bidang ini tidak boleh dipisahkan. Dalam hal ini Dr.Yusof Qardhawi memetik Mahatma Gandhi sebgai berkata :
Sesungguhnya agama dan budi pekerti keduanya bersatu, tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keduanya tidak boleh bercerai dan tidak dapat dibahagi-bahagikan. Agama menjadi jiwa bagi budi pekerti dan budi pekerti menjadi udara bagi jiwa. Dengan perkataan lain, agama memberi makanan kepada budi pekerti, menumbuhkan dan menyuburkannya, sebagaimana air memberi makan kepada tanam-tanaman menumbuhkan dan menyuburkannya.
Ibnu Sina kelihatan mahu menjelaskan bahawa pembentukan “Kekuatan dalam diri atau daya tahan” perlu dimulakan sejak awal lagi sebelum “ rebung bertukar menjadi buluh”. Unsur defensif ini akan bertindak menjaga dan mengawal individu pabila berhadapan dengan dengan anika pengaruh. Selain faedah dari segi akhlak, skima ini juga telah meletakan bahawa batu asas ilmu pengetahuan dan pendidikan itu boleh mempelajari matematik, kejuruteraan, perubatan dan sebaginya.
5. INSTITUSI KELUARGA.
Dari segi penulisan kitab as-siyasah bukanlah sebuah hasil karya falsafah yang benar dan berpengaruh seperti al-syifa’ al-Isharat wa al-tanbihat dan lain-lain. Kitab ini karangan Ibnu Sina, yang mengemukakan suatu analisa umum tentang teori-teori yang menyangkut pengurusan rumah tangga, dalam huraian tersebut Ibnu Sina menekankan fungsi “Master” atau tuan rumah yakni suami yang memiliki tanggung jawab menyeluruh dan wanita sebagai istri adalah “rakan kongsi hidup sejati” bagi suami.Dan istri menghadapi peranan yang bertambah apabila suami bertugas di luar ialah menjaga dan mengurus harta dan rumah tangga serta menyempurnakan pendidikan anak-anak.serta mengatur pendapatan keluarga, cara membelanjakannya.
Ahli-ahli filsafat Islam seperti al-farabi dan Ibnu Sina memandang sangat penting institusi keluarga. Kepada mereka perkahwinan itu sendiri adalah tiang atau ‘platform’ yang utuh kearah pembentukan masyarakatdan bandar. Justeru itu Ibnu Sina dalam bahagian akhir kitabnya “al-Syifa menekannkan betapa perlunya pentadbir negara menerangkan undang-undang perkahwinan. Perkahwinan boleh membawa kepada penerusan generasi, justeru itu ia perlu diurus di bawah penentuan undang-undang negara. Untuk mengelak lahirnya gejala-gejala yang kurang sihat dalam masyarakat, maka Ibnu Sina merakamkan bahawa semua upacara dalam perkahwinan itu mestilah mengikut norma-norma agama. Kaum wanita mestilah dijaga dan diawasi, baik pakaiannya atau pun keselamatannya. Disini juga ada dijelaskan bahawa ibubapa mestilah memberikan pendidikan yang sempurna kepada anak-anak. Anak-anak perempuan hendaklah dijuruskan dalam bidang-bidang yang sesuai dengan”nature” mereka ( fi ma yakhussuha ) sementara lelaki dibidang-bidang untuk mencari nafkah hidup (ai-nafaqa) .
Menurut Ibnu Sina dalam pelaksanaan pendidikan disini tidak terhad kepada perancancangan (planing) dan pelaksanaan (Implementation), tetapi juga lebih luas daripada itu. Perlaksaan berkait rapat dan takrif ilmu , yang pembahagiannya kepada ilmu teoritikal dan ilmu pratikal, takrif ilmu pratikal menurut Ibnu sina adalah pengetahuan terhadap perkara-perkara yang wujudnya bergantung pada perbuatan dan kemahuan kita, seperti akhlak, politik, keluarga, syariat. Tujuan ilmu ini adalah kebaikan, sedangkan tujuan ilmu teorikal adalah kebenaran. Oleh itu ilmu yang dikaitkan dengan amalan dan kemahuan kita disebut ilmu pratikal , dan itulah yang kita maksudkan dengan pelaksanaan, seperti yang kita lihat, pelaksanaan memang melibatkan perancangan, pentadbiran, pengajaran, kaedah dan aspek-aspek lain yang boleh disebut sebagai pelaksaan itu. Falsafah pratikal ini menurut Ibnu Sina, terbhagi empat bahagian ilmu iaitu : akhlak, pengurusan bandar, pengurusan keluarga dan ilmu Nabi.
Ada buku khas tentang akhlak yang berjudul al-akhlaq ( Al-Ardh 1967 : 337 ). Pengurusan Bandar (politik) dan pengurusan rumah tangga dihuraikan dalam buku berjudul al-siyasah ( Ibnu Sina, 1911 :303) yang terkenal itu. Manakala ilmu Nabi dihuraikan dalam buku berjudul itbbat al-Nubuwah ( Ibnu Sina, 1968 ) dan telah dicetak dalam sembilan surat ( Its’ rasai l) ( Ibnu Sina, 1908 : 394) dan juga dalam kitab al-najat ( The Book of Deliverance) yang sebenarnya merupakan ringkasan dari pada kitab berjudul al-Syifa. (Ibnu sina,1938 )Setelah kita berbincang panjang lebar tentang Ibnu Sina, timbulah pertanyaan berikut : di manakah letaknya Ibnu Sina di antara filsuf-filsuf pengetahuan ( philosophers of epitemology ) seperti yang dikenal oleh pakar pendidikan belakangan ini. Pakar-pakar pendidikan, terutama pakar-pakar kurikulum, biasanya menjeniskan falsafah pengetahuan ( epistemology) ini kepada tiga kategori besar mengikut punca pengetahuan.
Ilmu
Tidak kekal Kekal abadi ( hikmat )
Sebagai Tujuan Sebagai alt : Logik
Teoritikal Pratikal• Ilmu Tabii *Ilmu akhlak
• Ilmu Matematik *Ilmu Pengurusan Rumah
• Ilmu Metafizik ( ketuhanan) *Ilmu Pengurusan Bandar
• Ilmu Kully ( Universal ) *Ilmu Nabi ( Syariat)
Rajah : 3 1 Klasifikasi Ilmu menurut Ibnu SinaSumber Al-Ardh ( 1967 )
I. Falsafah-falsafah di balik alam ( other-worldly philosophies ) yang terbahagiKepada dua golongan besar iaitu falsafah yang berasal daripada agama dan falsafah yang berasal dari Athena kuno. Kedua-duanya mempengaruhi pendidikan barat.
2. Falsafah-falsafah berpusatkan bumi (Earth-centered philosophies) yang juga terbahagi kepada dua golongan besar, iaitu falsafah-falsafah yang beranggapan bahawa alam jagat ini diam tidak bergerak ( static universe) dan falsafah yang berpendapat bahawa alam jagat ini selalu bergerak dan tidak tetap. Falsafah-falsafah alam jagat ini selalu bergerak dan tidak tetap. Falsafah-falsafah berpusatkan bumi ini walaupun sudah agak tua, iaitu semenjak zaman Aristotle tetapi dalam zaman pertengahan di Eropah, falsafah-falsafah tidak mendapat tempat malah banyak mendapat pengaruh di dunia Islam seperti kita lihat pada Ibnu Sina. , pada zaman pembaharuan di eropah barulah falsafah-falsafah ini mendapat pengaruh dan mendorong kebangkitan sains dan membawa revolusi saintifik.
5. Falsafah-falsafah berpusatjkan manusia ( mancenterd philosophies) yang baru saja muncul, iaitu pada hujung abad ke –19 bermula dengan mazhab pragmatisme oleh dua orang filsuf Amerika, iaitu Charles S. Pierce (1839-1914) dan William James (1842-1910). Sumber lain adalah mazhab existensialisme yang dipelopori oleh filsuf Denmark Soren Kirkgard (1813-1855). Paragmatisme dan Existennsialime banyak mempengaruhi pendidikan di barat sejak kebelakangan ini.
Sekali imbas Ibnu Sina adalah filsuf berpusatkan bumi kerana beliau pengikut aristotle, tetapi apabila dikaji dengan lebih mendalam, Ibnu Sina bukan hanya mengikut kepada Aristotle, tetapi menambahkan pelbagai cabang ilmu pengetahuan kepada tiga bahagian ilmu dalam falsafah teoritikal, dan falsafah pratikal, malah dalam falsafah teoritikal itu diciptakannya suatu bahagian barru sehingga menjadi empat, iaitu ilmu Kulli, begitu juga falsafah pratikal diberinya satu bahagian baru, iaitu ilmu Nabi, disebut juga namus atau syariah. Tambahan-tambahan itu berdasar pada pengalamannya sendiri, kerana Beliau sangat sedar akan konsepsi Islam tentang hubungan Tuhan dan alam semesta dan selalu berusaha membuktikan bahawa yang dicipta ini bergantung kepada pencipta, oleh itu Beliau tetap setia kepada prinsip yang menjadi dasar pandangan Islam (Nasr, 1969 : 311).
Tentang ilmu Nabi, Ibnu Sina menyatakan bahawa setiap masyarakat memerlukan peraturan dan keadilan. Peraturan itu adalah sejuml;ah cara yang harus diikutui dalam muamalat, manakala keadilan menyeimbangkan di antara cara itu sehingga yang satu tidak melebihi yangb lain. Ini bermakna bahawa harus ada seseorang yang membuat aturan dan menjalankannya dan harus ada pencipta keadilan yang menciptakan keadilanitu, malah haruslah orang yang semacam ini sanggup memerintah manusia dan mewajibkjan mereka mengikuti undang-0undang yang dibawanya. Di samping itu ia haruslah seorang seperti manusia seperti mereka. Malah orang seperti ini sanggup memerintah dan mewajibkanmereka mengikuti undang-undang yang dibawanya, selain dakwah yang bertujuan memberi petunjuk dan kefahaman, haruslah ia membuat dakwah yang bertujuan mengajar manusia mendirikan amal ibadat, seperti sembahyang, puasa, jihad, haji dan sebagainya.Dalam usahanya mengajar manusia mengerjakan ibadat ini, haruslah Nabi mengingatkan mereka bahawa amalan-amalan seperti ini akan
mendekatkan merekan dengan Allah dan membawa kebaikan dan keuntungan bagi mereka ( Ibnu Sina, 1938 : 306 )
Dengan demikian Ibnu Sina sekaligus adalah Filsuf di sebalik alam dan filsuf berpusatkan bumi, atau boleh orang berkata Ibnu Sina adalah pengikut Aristotle dan neo-palatonism sekaligus, atau beliu berusaha mendamaikan pendapat kedua-dua orang filsuf Yunani itu, Plato dan muridnya Aristotle, itu satu pendapat lain adalah Aristotle dan Plato yang tidak bertentangan dengan Islam, sehingga muncullah mazhab Ibnu Sina yang berdiri sendiri, yang tidak dapat dikatakan Aristotle atau Platonisme, tetapi lebih tepat disebut’ Ibn Sinaisme’.
Daripada segi lain pula, tulisan-tulisanya mengenai akhlak dan politik (siasah) memberi kesan seakan-akan , Beliau seorang filsuf berpusatkan manusia ( man- centered philosopher). Seperti kita lihat di pengurusan bandar dan pengurusan keluarga. Mengenai akhlak ini dikaitkannya dengan jiwa ( nafs ) dalam konteks dirinya sendiri dan jiwa dalam konteksorang lain. Jiwa dalam konteks orang lain adalah sivik, semuanya berkaitan manusia, baik sebagai perseorangan mahupun sebagai masyarakat. Tetapi semua ini tidak lepas daripada hubungan syariat, salah satu cabang ilmu pratikal yang hanya ada pada Ibnu sina dan tidak ada pada Aristotle. Ini yang mengaitkannya dengan sistem falsafah di sebalik alam (earth-woridly philosophy) dan juga falsafah berpusatkan bumi ( earth-centered philosophy) kerana syariat pun mengatur hubungan manusia dengan persikitarannya.
6. KESIMPULAN.
Tulisan ini telah berusaha meninjau karya-karya Ibnu Sina dari sistem pendidikan dan filsafat, yang difahami kepada dua kategori besar : Falsafah pratikal dan teoritikal, karyanya dalam falsafah teoritikal menempatkan beliau sebgai filsuf Pendidikan yang tidak ada taranya dalam sejarah pendidikan.
Dan tepat jika idea-idea Ibnu Sina dalam pendidikan dfijeniskan kategori-kategori beikut :1. Tujuan-tujuan (aims) dalam pendidikan .2. Pengetahuan ( knowledge) dalam pendidikan.3. Perlaksanaan ( practice ) termasuklah disini kaedah ( methology ), institusi, pembiayaan dan hubungan dengan aspek-aspek lain dalam kehidupan politik, ekonomi dan lain-lain.4. Penilaian iaitu kriteria yang digunakan untuk mengetahui tercapai atau tidak tujuan-tujuan pendidikan.
Ada empat kawasan utama dalam pendidikan menurut Ibnu Sina yangmempunyai pengaruh besar ialah :1.falsafah pendidioan yang berkaitan dengan tujuan dan matlamatpendidikan.2.teori-teori pengetahuan (epistemology)3.pelaksanaan yang mengandungi perkaedahan, institusi, pentadbiran danlain-lain4.Penilaian.
Juga asas dan tujuan utama pendidikan menurut Ibnu Sina ialah memanusiakan manusia maksudnya manusia sentiasa ada potensi untuk membuat kemajuan bagi diri sendiri baik kalau dihalusi kepasa aspek-aspek yang lebih detil, obyektif pendidikan bermatlamatkan untuk mencapai dan memajukan pelbagai aktifiti, sekoah ataui universiti kita: Persepsi, memori, imaginasi, rasional kemahuan atau rohani, intelektual, walaupun Ibnu Sina kurang memberikan tumpuan dalam kemajuan jasmani justeru perhatiannya lebih dalam perbagai rasional, memori, kemahiran, intelektual, persepsi, rohani dan lain imaginasi. Setengah -setengah tulisan zaman moden tentang pendidikan seperti John P.Wynne dalam bukunya Theories of Education menerangkan bahawa kemajuan-kemajuan fizikal boleh menjadi penghalang kepada pembangunan mental ; sama seperti penekanan Ibnu Sina diatas :
“Pysical development is typically neglected andphysicalActivityi is considerd an obstacle to mental development either to be eliminated insofar as possible, or to be tolerated as a necessary relief rather then encouraged for its own sake”.
Mungkin hal ini ada kebenarannya. Oleh itu unsur “ pysical development” ini boleh dicapai dengan hanya berasaskan kepada kegiatan-kegiatan seperti sukan dan riadah sahaja, bukan disusun bersama dalam suatu sistem pendidikan yang ‘standard’.
Dan konsep penilaian yang digunakan adalah luas dan menyeluruh, menyangkut dunia dan akhirat, kerana kriteria yang digunakan adalah kebahagian sebagai peneguhan dan kebahagiaan hanya bernakna kalau dikaitkan dengan kebahagiaan akhirat sebagai tujuan akhir.
Rujukan
1. Ali Mahdi Khan, the Elements of Islamic philosophy, Lahore : S.H. Muhammad Ashraf, 1973, p.61., lihat juga L.E. Goodman Avicenna, Routledge, London and New York, “ Preface”.
2. Amir A. Rahman, Pengantar Tamadun Islam, Kuala Lumpur, 1990.
3. Erwin I.J. Rosenthal, Political Thought in Medieval Islam : An Introductory Outline, Cambridge h.p., 1968, 142.4.
5. Ali Mahdi Khan, The Elements of Islamic Philososphy, 61.
6. Hasan langgulung, Pendidikan Islam dan peralihan paradigma, Kualu lumpur,1995.7. Mahmood Zuhdi AB. Majid, Sarjana-sarjana kesarjanaan sains Islam,Kula lumpur ,2000.48-51
8. William E.Gohlman, The Life of Ibnu Sina, 19.* Makalah ditulis dalam bahasa malaysia
Tags: Ibnu Sinapendidikansistem pendidikan
One Response
JABATAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Jabatan Teknologi Pendidikan
LATAR BELAKANG
Penggunaan sumber dalam pelbagai media teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran menjadi teras kepada peningkatan kualiti pendidikan. Di samping kepesatan ledakan maklumat yang menyaksikan dunia tanpa sempadan, penggunaan Teknologi Maklumat dan Komunikasi (ICT) kini semakin menjadi sebahagian daripada amalan pendidikan termasuklah aspek pengurusan dan pentadbiran.
Justeru, perkembangan dan kemajuan pesat ICT ini perlu dimanfaatkan sebaik mungkin dalam usaha meningkatkan pengetahuan dan kecekapan dalam pelbagai bidang sejajar dengan matlamat Falsafah Pendidikan Kebangsaan iaitu ke arah melahirkan insan yang seimbang dan harmonis serta mampu pula mengembangkan potensi secara menyeluruh dan bersepadu.
Dalam keadaan tersebut, khidmat kepakaran dan bantuan dalam penggunaan media dan sumber pembelajaran terutama penggunaan ICT dalam konteks sesebuah institut sewajarnya diperkemas dan dimantapkan. Penubuhan Jabatan Teknologi Pendidikan di institut ini sejak 1 Julai 1994 tentunya amat signifikan dan mempunyai matlamat untuk mencapai hasrat murni tersebut. OBJEKTIF
Pelajar menguasai aspek pengetahuan, kemahiran dan nilai hasil daripada P & P Teknologi Pendidikan dan ICT.
Pelajar menyedari dan menghayati kepentingan ICT dan Teknologi Pendidikan.
Pelajar menggunakan sumber pendidikan secara berkesan dalam membantu tugas-tugas guru.
Pelajar berkeupayaan menggunakan sumber maklumat dengan optimum dan berkesan melalui pengajaran dan pembelajaran.
Memberi pendedahan kepada pensyarah dan warga kampus tentang penggunaan program-program aplikasi yang boleh digunakan dalam pengajaran dan pembelajaran serta tugas-tugas pengurusan dan pentadbiran.
PIAGAM PELANGGANKami staf Jabatan Teknologi Pendidikan, Institut Pendidikan Guru Kampus Pendidikan Islam dengan penuh tekad dan iltizam berikrar dan berjanji akan menumpukan tenaga dan usaha untuk:
Menyediakan guru Pendidikan Islam, Bahasa Arab dan Matematik yang berkemahiran mengajar bidang pengkhususan masing-masing dengan menggunakan kemahiran ICT dan Teknologi Pendidikan yang berkesan.
Menyediakan guru yang berkebolehan mengurus kokurikulum Persatuan ICT dan Teknologi Pendidikan yang dipertanggungjawabkan.
Menyediakan guru yang berupaya membantu pengurusan sekolah melalui kemahiran ICT dan Teknologi Pendidikan.
Memastikan pengajaran dan pembelajaran ICT dan Teknologi Pendidikan dilaksanakan mulai hari pertama setiap semester selaras dengan perancangan yang disediakan.
Menepati masa dalam melaksanakan semua tugas agar pelanggan mendapat perkhidmatan yang terbaik.
Memberi khidmat pengetahuan dan kepakaran dalam bidang Teknologi Pendidikan dan ICT kepada pelanggan.
Memastikan warga kampus dilengkapkan dengan kemahiran komputer bagi melaksanakan tugas pengurusan dan pentadbiran serta pengajaran dan pembelajaran.
Berusaha menyediakan kemudahan ICT yang mencukupi bagi kegunaan warga kampus.
Memastikan semua kursus yang dijalankan dapat memberi kepuasan kepada setiap peserta kursus.
CARTA ORGANISASI JABATAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 2010
CARTA ORGANISASI PENGURUSAN 2010
SENARAI PENSYARAH
PERANCANGAN TAHUNAN JABATAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 2010
SASARAN KERJA UTAMA TAHUN 2010 • Mengendalikan Kursus Asas Teknologi Maklumat & Komunikasi kepada pelajar KPLI Sem. 1- 2 PPISMP Sem 1 PISMP Sem 4 KDP 4 Minggu Bestari KSPK Bahasa Arab KSPK Pengajian Al-Quran Tarannum KSPK Pendidikan Islam KDP 1 Minggu Multimedia (Komputer Apple) KDP Media Dalam Pendidikan Islam KDP Komputer • Mengendalikan Kursus Asas Teknologi Pendidikan kepada pelajar KPLI Sem. 1- 2 PISMP Sem 3 PPISMP Sem 1 KDP 14 Minggu KPM/OUM KDP 14 Minggu Media dalam Pendidikan Islam • Menjalankan penyeliaan pelajar KPLI, KDP dan KSPK semasa praktikum. • Menjalankan penyelidikan, penulisan dan penerbitan. • Mengendalikan Kursus ICT dan Teknologi Pendidikan kepada guru-guru sekolah. • Mengendalikan Kursus ICT dan Teknologi Pendidikan kepada pensyarah dan staf pengurusan. • Memberi khidmat nasihat kepada pensyarah dan staf pengurusan mengenai ICT dan Teknologi Pendidikan.
KENALI KAMI
En Karim bin Ejang
En Arbain bin Muhayat
Datin Hjh Siti Zabedah bt Othman
Tn Hj Manas bin Lehan
Pn Mutia Sabihah bt Tan Sri Asri
En Abdullah bin Hamid
En Amiruddin bin Mohamed Zain
Pn Rosnah bt Ahmad Zain
En Abd. Rahman bin
Abu Bakar
To'Puan Fadzilah Mohd Noor
Pn Mazilah bt Abdullah
Pn Nor Risah Jamilah bt
Mat Lazim
Pn Hajar bt Nordin
En Abd Razak bin Nawi
LATAR BELAKANG
Penggunaan sumber dalam pelbagai media teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran menjadi teras kepada peningkatan kualiti pendidikan. Di samping kepesatan ledakan maklumat yang menyaksikan dunia tanpa sempadan, penggunaan Teknologi Maklumat dan Komunikasi (ICT) kini semakin menjadi sebahagian daripada amalan pendidikan termasuklah aspek pengurusan dan pentadbiran.
Justeru, perkembangan dan kemajuan pesat ICT ini perlu dimanfaatkan sebaik mungkin dalam usaha meningkatkan pengetahuan dan kecekapan dalam pelbagai bidang sejajar dengan matlamat Falsafah Pendidikan Kebangsaan iaitu ke arah melahirkan insan yang seimbang dan harmonis serta mampu pula mengembangkan potensi secara menyeluruh dan bersepadu.
Dalam keadaan tersebut, khidmat kepakaran dan bantuan dalam penggunaan media dan sumber pembelajaran terutama penggunaan ICT dalam konteks sesebuah institut sewajarnya diperkemas dan dimantapkan. Penubuhan Jabatan Teknologi Pendidikan di institut ini sejak 1 Julai 1994 tentunya amat signifikan dan mempunyai matlamat untuk mencapai hasrat murni tersebut. OBJEKTIF
Pelajar menguasai aspek pengetahuan, kemahiran dan nilai hasil daripada P & P Teknologi Pendidikan dan ICT.
Pelajar menyedari dan menghayati kepentingan ICT dan Teknologi Pendidikan.
Pelajar menggunakan sumber pendidikan secara berkesan dalam membantu tugas-tugas guru.
Pelajar berkeupayaan menggunakan sumber maklumat dengan optimum dan berkesan melalui pengajaran dan pembelajaran.
Memberi pendedahan kepada pensyarah dan warga kampus tentang penggunaan program-program aplikasi yang boleh digunakan dalam pengajaran dan pembelajaran serta tugas-tugas pengurusan dan pentadbiran.
PIAGAM PELANGGANKami staf Jabatan Teknologi Pendidikan, Institut Pendidikan Guru Kampus Pendidikan Islam dengan penuh tekad dan iltizam berikrar dan berjanji akan menumpukan tenaga dan usaha untuk:
Menyediakan guru Pendidikan Islam, Bahasa Arab dan Matematik yang berkemahiran mengajar bidang pengkhususan masing-masing dengan menggunakan kemahiran ICT dan Teknologi Pendidikan yang berkesan.
Menyediakan guru yang berkebolehan mengurus kokurikulum Persatuan ICT dan Teknologi Pendidikan yang dipertanggungjawabkan.
Menyediakan guru yang berupaya membantu pengurusan sekolah melalui kemahiran ICT dan Teknologi Pendidikan.
Memastikan pengajaran dan pembelajaran ICT dan Teknologi Pendidikan dilaksanakan mulai hari pertama setiap semester selaras dengan perancangan yang disediakan.
Menepati masa dalam melaksanakan semua tugas agar pelanggan mendapat perkhidmatan yang terbaik.
Memberi khidmat pengetahuan dan kepakaran dalam bidang Teknologi Pendidikan dan ICT kepada pelanggan.
Memastikan warga kampus dilengkapkan dengan kemahiran komputer bagi melaksanakan tugas pengurusan dan pentadbiran serta pengajaran dan pembelajaran.
Berusaha menyediakan kemudahan ICT yang mencukupi bagi kegunaan warga kampus.
Memastikan semua kursus yang dijalankan dapat memberi kepuasan kepada setiap peserta kursus.
CARTA ORGANISASI JABATAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 2010
CARTA ORGANISASI PENGURUSAN 2010
SENARAI PENSYARAH
PERANCANGAN TAHUNAN JABATAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 2010
SASARAN KERJA UTAMA TAHUN 2010 • Mengendalikan Kursus Asas Teknologi Maklumat & Komunikasi kepada pelajar KPLI Sem. 1- 2 PPISMP Sem 1 PISMP Sem 4 KDP 4 Minggu Bestari KSPK Bahasa Arab KSPK Pengajian Al-Quran Tarannum KSPK Pendidikan Islam KDP 1 Minggu Multimedia (Komputer Apple) KDP Media Dalam Pendidikan Islam KDP Komputer • Mengendalikan Kursus Asas Teknologi Pendidikan kepada pelajar KPLI Sem. 1- 2 PISMP Sem 3 PPISMP Sem 1 KDP 14 Minggu KPM/OUM KDP 14 Minggu Media dalam Pendidikan Islam • Menjalankan penyeliaan pelajar KPLI, KDP dan KSPK semasa praktikum. • Menjalankan penyelidikan, penulisan dan penerbitan. • Mengendalikan Kursus ICT dan Teknologi Pendidikan kepada guru-guru sekolah. • Mengendalikan Kursus ICT dan Teknologi Pendidikan kepada pensyarah dan staf pengurusan. • Memberi khidmat nasihat kepada pensyarah dan staf pengurusan mengenai ICT dan Teknologi Pendidikan.
KENALI KAMI
En Karim bin Ejang
En Arbain bin Muhayat
Datin Hjh Siti Zabedah bt Othman
Tn Hj Manas bin Lehan
Pn Mutia Sabihah bt Tan Sri Asri
En Abdullah bin Hamid
En Amiruddin bin Mohamed Zain
Pn Rosnah bt Ahmad Zain
En Abd. Rahman bin
Abu Bakar
To'Puan Fadzilah Mohd Noor
Pn Mazilah bt Abdullah
Pn Nor Risah Jamilah bt
Mat Lazim
Pn Hajar bt Nordin
En Abd Razak bin Nawi
ILMU TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Teknologi Pendidikan
E-Pendidikan (E-Education) - Teknologi Pendidikan, Pendidikan dan Teknologi
E-Pendidikan (E-Education) dimaksudkan untuk merangkum informasi yang berhubungan dengan menggunakan teknologi untuk membantu pendidik, pelajar dan masyarakat. Komputer dan Internet sudah diterima sebagai alat yang penting untuk komunikasi dan bisnis di Indonesia, sehingga sekarang menjadi hal ya...
Teknologi Pendidikan :: Ilmu Teknologi Pendidikan
Ilmu Teknologi Pendidikan Teknologi Pendidikan dapat digunakan, tetapi hanya akan betul bermanfaat setelah Ilmu Teknologi Pendidikan dan cara menggunakan teknologi di bidang pendidikan sudah dipaham oleh manajemen pendidikan kita maupun guru. Implementasi teknologi di bidang pendidikan perlu ...
W3Schools Online Web Tutorials
At W3Schools you will find all the Web-building tutorials you need, from basic HTML and XHTML to advanced XML, SQL, Database, Multimedia and WAP. Full Web Building References Our references cover all Web-building technologies, including W3C standards like HTML, XHTML, CSS, XML and other technolo...
Komunitas Programmer Indonesia
Komunitas Belajar Pemrograman Komputer (Java, Visual Basic, VBnet, Access, ASP, PHP, dan WEB), Teknologi Informasi, Ilmu komputer, dan kumpulan ebook atau buku elektronik, serta forum diskusi dalam bahasa Indonesia, oleh orang Indonesia dan untuk kemajuan Indonesia. Selamat datang di homepage for...
mgmp-tik dot com
mgmp-tik.com adalah situsnya para guru komputer yang didukung oleh Aura CMS dan Moodle (Content Management System) untuk website yang berbasis PHP4 & MySQL berlisensi GPL (General Public License). Dengan bentuk yang sederhana ini kami berharap website ini dapat digunakan oleh para guru komputer selu...
Literatus Gratis Teknologi Pendidikan
Literatus Gratis Teknologi Pendidikan Teknologi pendidikan dapat dipandang dari berbagai sisi. Cara pandang tersebut melandasi langkah gerak teknologi pendidikan dalam dunia pendidikan. Teknologi pendidikan dapat dipandang sebagai suatu disiplin ilmu, bidang garapan, dan profesi. Masing-masing su...
E-Pendidikan (E-Education) - Teknologi Pendidikan, Pendidikan dan Teknologi
E-Pendidikan (E-Education) dimaksudkan untuk merangkum informasi yang berhubungan dengan menggunakan teknologi untuk membantu pendidik, pelajar dan masyarakat. Komputer dan Internet sudah diterima sebagai alat yang penting untuk komunikasi dan bisnis di Indonesia, sehingga sekarang menjadi hal ya...
Teknologi Pendidikan :: Ilmu Teknologi Pendidikan
Ilmu Teknologi Pendidikan Teknologi Pendidikan dapat digunakan, tetapi hanya akan betul bermanfaat setelah Ilmu Teknologi Pendidikan dan cara menggunakan teknologi di bidang pendidikan sudah dipaham oleh manajemen pendidikan kita maupun guru. Implementasi teknologi di bidang pendidikan perlu ...
W3Schools Online Web Tutorials
At W3Schools you will find all the Web-building tutorials you need, from basic HTML and XHTML to advanced XML, SQL, Database, Multimedia and WAP. Full Web Building References Our references cover all Web-building technologies, including W3C standards like HTML, XHTML, CSS, XML and other technolo...
Komunitas Programmer Indonesia
Komunitas Belajar Pemrograman Komputer (Java, Visual Basic, VBnet, Access, ASP, PHP, dan WEB), Teknologi Informasi, Ilmu komputer, dan kumpulan ebook atau buku elektronik, serta forum diskusi dalam bahasa Indonesia, oleh orang Indonesia dan untuk kemajuan Indonesia. Selamat datang di homepage for...
mgmp-tik dot com
mgmp-tik.com adalah situsnya para guru komputer yang didukung oleh Aura CMS dan Moodle (Content Management System) untuk website yang berbasis PHP4 & MySQL berlisensi GPL (General Public License). Dengan bentuk yang sederhana ini kami berharap website ini dapat digunakan oleh para guru komputer selu...
Literatus Gratis Teknologi Pendidikan
Literatus Gratis Teknologi Pendidikan Teknologi pendidikan dapat dipandang dari berbagai sisi. Cara pandang tersebut melandasi langkah gerak teknologi pendidikan dalam dunia pendidikan. Teknologi pendidikan dapat dipandang sebagai suatu disiplin ilmu, bidang garapan, dan profesi. Masing-masing su...
Subscribe to:
Posts (Atom)